Sejarah Gereja Katedral Banjarmasin

Tempat Merah Putih Dikibarkan di Awal Kemerdekaan, Gereja Katedral Kini Jadi Cagar Budaya Kalsel

Dari menara Gereja Katedral Banjarmasin, Bendera Merah Putih pernah dikibarkan di masa perang kemerdekaan

|
Penulis: Muhammad Syaiful Riki | Editor: Hari Widodo
Banjarmasinpost.co.id/muhammad syaiful riki
GEREJA KATEDRAL- Suasana Gereja Batu atau Gereja Katedral Keuskupan Banjarmasin di Jalan Lambung Mangkurat, Kamis (23/10/2025). Satu dari empat objek yang dinyatakan naik status menjadi Cagar Budaya Provinsi Kalsel. 

BANJARMASINPOST.CO.ID- Dentang lonceng itu pernah menjadi penanda pagi bagi warga Banjarmasin. Setiap pukul tujuh, bunyinya dari menara Gereja Katedral Keluarga Kudus Jalan Lambung Mangkurat Kota Banjarmasin menyebar di pusat kota yang masih sepi.

Dari menara yang sama, menurut kesaksian sejumlah orang, Bendera Merah Putih pernah dikibarkan pada masa perang kemerdekaan. Gigihkan para pejuang kemerdekaan Indonesia

kembali diperingati pada Hari Pahlawan 10 November, Senin (10/11/2025). Ketika itu bangunan 17 meter tersebut menjadi yang tertinggi di Banjarmasin.

Kesaksian itu menjadi bagian dari kajian Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Banjarmasin hingga Gereja Katedral ditetapkan sebagai Cagar Budaya Provinsi Kalimantan Selatan.

Baca juga: Presiden Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada 10 Tokoh

Pada era kolonial Belanda, kawasan gereja dikenal dengan nama Residen de Haan Weg dan Boomstraat, jalan penghubung utama yang dikelilingi toko dan permukiman Eropa. Gereja ini berseberangan dengan penjara, yang kini menjadi Kantor Pos Indonesia.

Ada pun cikal bakal gereja adalah sebuah losmen kayu, yang dibeli Missionariorum a Sacra Familia (MSF) pada 1931. Misa pertama digelar pada 28 Juni 1931, yang menjadi tanda berdirinya gereja Katolik pertama di Banjarmasin.

Empat tahun kemudian, misionaris mendapat tanah kosong milik perusahaan dagang Borsumij di persimpangan Jalan Lambung Mangkurat dan Jalan Pangeran Samudera tersebut.

Pembangunan gereja dimulai pada 20 November 1935 menggunakan bata dan semen, yang belum umum pada masa itu. Menara setinggi 17 meter ikut didirikan, yang menjadi bagian paling menonjol.

Gereja baru diberkati pada 19 April 1936. Sejak bangunan ini dikenal warga sebagai Gereja Batu, karena berbeda dengan lingkungan sekitarnya yang didominasi bangunan kayu.

Ketika Jepang masuk pada 1942, Gereja Katedral dialihfungsikan menjadi gedung pengadilan.

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Banjarmasin berada dalam situasi penuh pengawasan. Jepang belum sepenuhnya hengkang, sementara Sekutu dan Belanda mulai kembali.

Pada Juni 1946, Sekutu menyerahkan wilayah Indonesia kepada Belanda yang kemudian menyusun kembali struktur kekuasaannya melalui Konferensi Malino dan Denpasar.

Dalam suasana itu, muncul catatan lisan bahwa bendera Merah Putih dikibarkan di puncak menara Gereja Katedral pada 1945-1949. Kesaksian ini tercantum dalam kajian TACB Kota Banjarmasin.

Sejarawan yang juga anggota TACB Banjarmasin, Mursalin, menjelaskan kondisi kota pada masa itu memungkinkan peristiwa tersebut terlihat luas.

“Katedral satu-satunya tempat tertinggi di Banjarmasin dan dapat dilihat orang banyak waktu itu,” ujarnya, Minggu (9/11/2025).

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved