Pertama Kalinya Manusia Berhasil Memodifikasi Embrionya
Modifikasi dilakukan untuk menghapus gen HBB, gen yang menyebabkan beta-talasemia atau sel darah merah yang berbentuk bulan sabit
Hannah Brown, post-doctoral fellow dalam bidang epigenetik reproduksi di University of Adelaide dalam tulisannya di The Conversation, Senin (27/4/2015), mengungkapkan, ada 2 masalah besar tentang etika dalam penelitian yang dilakukan Huang.
Brown mengungkapkan, meski menggunakan embrio yang non viable, penggunaan embrio manusia tetap bermasalah. Modifikasi embrio sendiri juga bermasalah secara etika.
Masalah etika kedua muncul seiring banyaknya mutasi yang tak diinginkan dalam penelitian. Dengan tingkat mutasi besar, bila nanti dilakukan pada embrio manusia yang berfungsi, bayi yang dihasilkan tak bisa diketahui dengan pasti.
Modifikasi embrio, yang sebenarnya maksudnya baik, justru bisa menghasilkan kecacatan-kecacatan yang tak diinginkan.
Huang mengungkapkan bahwa dia telah menulis makalah risetnya dan memasukkan ke jurnal Nature dan Science. Namun, kedua jurnal itu menolak memublikasikan dua makalah itu karena riset masih punya efisiensi rendah dan tingkat mutasi tinggi.
Huang menerima kritik tersebut. Namun, dia juga merasa perlu memublikasikan risetnya. Pendekatan dengan embrio non viabel efektif karena mendekati embrio manusia sebenarnya.
Edward Lanphier, presiden Sangamo Biosciences di California mengatakan, banyaknya masalah dalam riset Huang adalah peringatan. "Ini menggarisbawahi yang kita katakan sebelumnya. Kita perlu menghentikan sementara riset ini dan memastikan ada banyak diskusi tentang ke mana arah kita berjalan."
Sementara itu, Huang masih akan terus dengan risetnya. Dia akan menggunakan sel manusia dewasa atau hewan untuk mencoba mengedit gen thalasemia dengan tingkat mutasi lebih rendah.
