5 Hal Klenik dari Pembunuhan Engeline yang Bikin Merinding

Kasus pembunuhan bocah malang Engeline belum juga menemukan titik terang. Terlebih, tersangka pembunuhan Engeline, Agus Tai

Editor: Eka Dinayanti
Ira Rachmawati / Kompas.com / Banyuwangi
Menteri Sosial Khofifah dan Bupati Banyuwangi Abdulah Azwar Anas bersama ribuan warga Banyuwangi menyambut jenasah Angeline 

BANJARMASINPOST.CO.ID – Kasus pembunuhan bocah malang Engeline belum juga menemukan titik terang. Terlebih, tersangka pembunuhan Engeline, Agus Tai, kerap memberikan keterangan yang berubah-ubah.

Bersamaan dengan proses hukum yang berjalan, fakta-fakta klenik dalam kasus pembunuhan Engeline tak sedikit yang mengemuka. Percaya tak percaya, ini 5 hal klenik dari pembunuhan Engeline.

1. Suara Memanggil “Mama”

Saat guru-guru SD Negeri 12 Sanur menggelar persembahyangan bersama di depan rumah ibu angkat Engeline, terdengar suara bocah Engeline memanggil mamanya.

"Mama.. mama..." Suara itu menggema dari balik pohon besar di depan rumah ibu angkat Engeline di Jalan Sedap Malam No 26, Denpasar, Bali, Selasa (9/6/2015).

Para guru pun bersahutan memanggil namanya dan mencari asal-muasal suara Engeline dari balik pohon. "Engeline.. Engeline... di mana kamu? Pulang nak.. kami merindukanmu," ujar seorang guru. Mereka menduga, itu adalah suara bocah Engeline panggil Mama.

2. Tangisan “Sakit, Bu…”

Setelah jenazah Engeline ditemukan, para guru SDN 12 Sanur menggelar upacara ngupalin untuk melepas arwah Engeline. Upacara itu digelar karena sehari sebelumnya seorang spiritualis bernama Jro Dasa mengaku didatangi Engeline dalam mimpinya.

Dalam kesempatan itu, arwah korban yang masuk ke dalam badan wadag Jro Dasa hanya bisa menangis dan bicara pendek ketika ditanya siapa pelaku pembunuhan.

"Sakit Bu, sakit."

Tidak sempat mengungkapkan siapa pembunuh dirinya, tiba-tiba Kepala Sekolah I Ketut Ruta kesurupan.

Pada upacara tersebut pula, para guru membawa seragam sekolah. "Kami bawa dua pasang pakaian, yaitu pakaian adat Bali dan seragam sekolah. Sesuai kepercayaan di Bali, ini merupakan simbol. Engeline kami berikan seragam sekolah agar dapat bersekolah di alam sana," ujar I Ketut Ruta.

3. Disenangi Astral

Sementara itu, sehari sebelum jenazahnya ditemukan, Kepala Sekolah SD Negeri 12 Sanur, Ketur Ruta mengatakan berdasarkan pada petunjuk yang didapatkannya dari orang pintar, Engeline masih hidup dan gembira.

"Ia masih dalam kondisi baik, dia menggunakan pakaian seadanya tapi bahagia," jelas dia.

Menurut Ruta, dalam kacamata spiritual Bali, Engeline merupakan anak yang disayangi makhluk astral. Saat ini ia sedang dibawa oleh Ratu Niang Datu. "Dia dibawa oleh beliau dan sangat menyayangi Engeline," jelasnya.

Sayangnya, keesokan harinya ditemukan bahwa Engeline telah tewas terkubur di halaman rumahnya.

4. Engeline Minta Maaf dan Pamit dari Rumah

Saat para guru SDN 12 Sanur menggelar upacara ngupalin untuk melepas arwah Engeline, sebenarnya bukan tanpa alasan. Sehari sebelumnya, seorang spiritualis bernama Jro Dasa mengaku “didatangi” Engeline untuk pamitan. Percaya atau tidak, hal ini hanya satu dari sejumlah hal klenik dari kasus pembunuhan Engeline.

"Kami menggelar upacara ngupalin, karena semalam saya didatangi arwah Engeline. Ia minta mepamit dari rumah ini," jelas Jro Dasa Sedap Malam. Dalam ritual tersebut para guru membawa bungkusan berisi baju seragam sekolah.

"Engeline minta dibawakan baju. Ia minta maaf kalau punya kesalahan. Selama ini kan arwahnya masih berada di dalam rumah dijaga sama penunggu Pura Batu Bolong," ucapnya.

Usai mengelar upacara ngulapin, para guru, kepala sekolah dan Jro Dasa menuju RSUP Sanglah membawa baju sekolah dan bebantenan.

"Kami membawa tirta untuk menyatukan arwah dan badan kasar Engeline agar tenang," katanya.

5. Boneka yang Dikubur Bersama Engeline untuk Tolak Bala

Pengacara pendamping tersangka pembunuhan terhadap Engeline (8), Haposan Sihombing menjelaskan bahwa Agus menjeratkan tali di leher dan menaruh boneka di jenazah korban untuk menghindarkanya dari kejaran arwah korbannya. "Kata Agus, hal ini merupakan kebiasaan yang dilakukan di tanah kelahirannya," kata sang pengacara di Polresta Denpasar, Jumat (12/6/2015).

Ia menambahkan, bahwa tali yang ditaruh di tubuh korban ini berasal dari sebuah barang di ruangan tersebut. Sedangkan seprai yang digunakan untuk membungkus mayat korban menurut pengakuan Agus didapatnya dari luar ruangan yang digunakan oleh pelaku untuk melakukan pembunuhan terhadap Engeline.

"Jadi itu yang kita dapatkan dari Agus mengenai asal tali dan sprei yang digunakan untuk membungkus mayat korban," katanya.

Sumber: Nova
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved