Ariadin Batal Jadi Kapten

Suasana haru ‘menyelimuti’ rumah Djaelani Saberan di kawasan Sungai Besar, Banjarbaru, Rabu (26/8) petang.

Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/kompas.com/AFP PHOTO
TIm SAR melakukan pencarian korbam di tengah puing pesawat Trigana Air ATR 42-300 twin-turboprop yang jatuh di kawasan pegunungan di Oksibil, Papua, 18 Agustus 2015. Sebanyak 5 awak dan 49 penumpang dilaporkan meninggal. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Suasana haru ‘menyelimuti’ rumah Djaelani Saberan di kawasan Sungai Besar, Banjarbaru, Rabu (26/8) petang. Bahkan, suara tangis terdengar dari dalam rumah tersebut.

Petang itu, jenazah putra Djaelani, Ariadin Falani (44) tiba. Dia adalah kopilot pesawat Trigana Air yang mengalami kecelakaan di Papua, Minggu (16/8) lalu.

Setelah pesawat yang membawanya mendarat d Bandara Syamsudin Noor, jenazah yang sudah berada di dalam peti berselimut kain ‘Merah Putih’ itu langsung dibawa ke rumah duka menggunakan ambulans milik TNI AU.

Diungkapkan Beni, Ariadin adalah sosok yang disiplin saat bekerja. Karena kinerjanya itu, maskapai sebenarnya akan mengangkat bapak tiga anak tersebut sebagai kapten atau pilot. “Namun takdir Allah berkata lain, ia lebih dulu dipanggil,” kata Beni.

Selengkapnya baca Banjarmasin Post edisi cetak Kamis (27/8/2015) atau klik http://epaper.banjarmasinpost.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved