Pengusaha Ini Pernah Bangkrut, Kini Jadi ketua Hipmi
Setelah beberapa tahun usaha perhiasan, Irfan mulai menjajaki usaha lain, kali ini dibidang properti
Penulis: Khairil Rahim | Editor: Ratino Taufik
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Tidak mudah untuk menjadi orang sukses. Bahkan ada banyak pengusaha Banua yang harus merangkaknya dari nol. Jatuh bangkrut pernah dilalui. Namun karena mental baja untuk berusaha akhirnya bisa mencapai cita-cita.
Seperti Pengusaha muda asal Banua H Rahmatul Irfan yang rela tidak meneruskan pendidikannya ke jengjang kuliah namun mampu membuktikannya walaupun sempat mengalami kebangkrutan.
Tapi berkat keuletannya Irfan, sapaannya yang jatuh bangun menjadi pengusaha akhirnya bisa bangkit bahkan dia dipercaya menjabat Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Banjarmasin.
Saat ayahnya, H Rahmadi meninggal dunia akibat kecelakaan lalulintas pada 2002, Irfan yang merupakan anak lelaki satu-satunya dilingkungan keluarga lalu meneruskan usaha keluarga yang bergerak di bisnis jual beli mobil bekas.
"Usaha abah dulu show Room mobil bekas di Banjarmasin setelah abah mendadak meninggal saya meneruskan usaha beliau," ujar dia.
Padahal saat itu Irfan masih duduk dibangku SMA dan sekolah di SMA 7 Banjarmasin. "Jadi sambil sekolah berbisnis mobil bekas," sebut Irfan.
Namun usaha yang dia jalankan tidak berjalan mulus, Irfan yang masih awam soal bisnis lebih sering ditipu rekan bisnisnya (penghubung).
"Penghubung sering membodohi saya, membeli mobil kemahalan lalu ada mobil yang murah ternyata mesinnya diganti, jadi jual rugi terus" tambah dia lirih.
Hanya setahun berbisnis mobil bekas, Irfan dinyatakan bangkrut. Semua modal habis terpakai. Ditengah himpitan ekonomi membiayai hidup keluarganya, Irfan berjuang mencari usaha lain.
Agar dapur tetap mengepul, Irfan menyewa sepetak toko di Penampungan Pasar Hanyar. Toko itu dia isi dengan berdagang perhiasan kecil-kecilan.
Disaat usahanya mulai membaik, setahun kemudian cobaan kembali datang menerjang. Irfan terperosok bisnis abal-abal voucher kartu seluler yang dulu marak dan trend di Banjarmasin.
"Di bisnis ini saya berada ditengah-tengah antara penginvestasi dan perantara. Demi tanggungjawab yang besar saya rela mengganti uang penginves yang diberikan kepada saya," sebut dia.
Dengan susah payah Irfan mengangsur uang ganti rugi hingga tiga tahun lamanya. Hal itu pun dijadikan pengalaman sebagai pelecut agar lebih baik menjadi pengusaha saja.
"Dengan adanya pengalaman itu saya jadi bisa fokus mengumpulkan uang. Ada sedikit uang ditabung dan diusahakan," katanya.
Setelah beberapa tahun usaha perhiasan, Irfan mulai menjajaki usaha lain, kali ini dibidang properti pada 2011 lalu.
