Perempuan yang Diperkosa 43.200 Kali Mengaku Disiksa Dilecehkan Sejak Usia 5 Tahun
"Saya berasal dari keluarga disfungsional. Saya mengalami pelecehan seksual dan dianiaya dari usia 5 tahun oleh seorang kerabat," ujarnya
BANJARMASINPOST.CO.ID, MEXICO CITY - Karla Jacinto, perempuan Meksiko yang diperkosa sebanyak 43.200 kali mengaku dilecehkan dan disiksa sejak usia 5 tahun.
"Saya berasal dari keluarga disfungsional. Saya mengalami pelecehan seksual dan dianiaya dari usia 5 tahun oleh seorang kerabat," ujarnya, seperti dikutip dari CNN, Kamis (12/11).
Sejak dirinya dijual ke Amerika Serikat (AS), ia mengaku telah diperkosa sebanyak 43.200 kali.
Berbicara di tempatnya bermukim saat ini, Mexico City, Meksiko, Karla Jacinto mengatakan, setiap harinya, ia dipaksa 'melayani' 30 orang pria.

Ia mengatakan jika diakumulasi maka ia telah diperkosa sebanyak 43.200 kali.
Ketika ia berusia 12 tahun, ia terpikat oleh seseorang pelaku perdagangan manusia dengan kata-kata manis, dan mobil mewah.
Dia membeberkan, ketika ia bersama dengan beberapa temannya di dekat stasiun kereta bawah tanah di Mexico City, seorang anak kecil penjual permen mendatanganginya dan mengatakan seseorang mengirimkannya sebuah permen sebagai hadiah.
Lima menit kemudian, seorang pria dewasa mendekati dan mengajaknya berbicara. Kepadanya, pria itu mengaku sebagai sales mobil bekas.

Saat itu, ia sangat manis, dan baik hati terang Karla. Mereka segera bertukar nomor telepon dan ketika ia menelepon seminggu kemudian, Karla sangat gembira.
Dia mengajak Karla plesir menuju kota Puebla, dan ketika ia tiba untuk menjemput Karla, ia memikatnya dengan mobil Pontiac Firebird Trans Am berwarna merah.
"Ketika saya melihat mobilnya, saya tidak percaya. Saya sangat terkesan dengan seperti mobil besar seperti itu. Itu sangat menarik bagi saya. Dia meminta saya untuk masuk ke dalam mobil untuk berjalan-jalan," katanya.
Tidak butuh waktu lama bagi pria yang 10 tahun lebih tua dari Karla untuk membuat percaya kepadanya. Terutama setelah ibu Karla menolak membukakan pintu baginya ketika ia pulang terlambat di suatu malam.
"Hari berikutnya saya pergi dengan dia. Saya tinggal dengan dia selama tiga bulan di mana ia memperlakukan saya sangat baik. Dia mencintai saya, dia membelikanku baju, memberi saya perhatian, membeli saya sepatu, bunga, cokelat, segala sesuatu yang indah," kata Karla.

Namun hal itu tak berlangsung lama. Di suatu waktu, ketika kekasihnya itu meninggalkan ia seorang diri di dalam apartemen sepupunya tiba dengan beberapa gadis baru setiap minggungya.
Ketika ia bertanya apa yang mereka kerjakan, pria itu akhirnya mengaku bekerja sebagai mucikari.
"Beberapa hari kemudian ia memberitahukan semua hal yang saya harus lakukan, posisi, berapa banyak saya harus memberi harga, hal-hal yang harus saya lakukan dengan klien dan untuk berapa lama, bagaimana saya memperlakukan mereka dan bagaimana saya harus berbicara dengan mereka sehingga mereka akan memberi saya lebih banyak uang," kata Karla.
Itulah awal dirinya terjebak di dalam dunia prostitusi, dimana ia menjalaninya selama empat tahun.
Pertama kali ia bekerja sebagai seorang wanita tuna susila setelah ia dibawa ke Guadalajara, salah satu kota terbesar di Meksiko.
"Saya mulai bekerja pada pukul 10 pagi dan selesai pada tengah malam. Kami berada di Guadalajara selama seminggu. Dua puluh pria per hari selama seminggu. Beberapa orang akan menertawakan saya karena saya menangis. Saya harus menutup mata saya sehingga saya tidak melihat apa yang mereka lakukan kepada saya, sehingga saya tidak akan merasakan apa-apa, "kata Karla.
Karla kemudian dibawa ke beberapa kota lainnya. Dia dibawa ke rumah bordil, motel pinggir jalan, bahkan di pinggir jalan, untuk melacurkan dirinya.
Ia sempat terpikir untuk meninggalkan profesinya namun hal itu membuat induk semangya murka.
"Dia mulai memukuli saya dengan rantai di seluruh tubuh saya. Dia menekan saya dengan tinjunya, dia menendang saya, menarik rambut saya, meludahi wajahku, dan membakar saya menggunakan besi panas. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya ingin pergi, dan ia menuduh saya jatuh cinta dengan pelanggan. Dia bilang saya suka menjadi seorang pelacur."
Suatu hari, ketika ia dibawa ke sebuah hotel yang ternama akan kegiatan prostitusi, sejumlah petugas polisi muncul. Mereka mengusir para pelanggan, dan menutup hotel sementara waktu. Saat itu Karla berpikir bahwa hari ketika ia diselamatkan telah tiba, namun apa yang terjadi berikutnya sangat mengerikan.
Saat itu para petugas yang berjumlah sekitar 30 orang tersebut, memaksa gadis-gadis yang rata-rata di bawah umur tersebut berpose menangtang, lalu merekamnya menggunakan kamera video.
Alih-alih menyelamatkan mereka, para oknum polisi Meksiko itu malah memaksa gadis-gadis belia itu mengikuti kemuan mereka, atau tidak mereka akan mengirimkan video tersebut ke rumah sanak saudara mereka.
"Saya pikir mereka menjijikkan. Mereka tahu bahwa kami di bawah umur. Kami bahkan belum bertumbuh dewasa. Mereka tidak memiliki rasa kasihan, wajah kami sangat sedih. Ada gadis yang baru berusia 10 tahun. Ada gadis yang menangis. Mereka mengatakan kepada petugas mereka anak di bawah umur namun tidak ada yang memperhatikan, "kata Karla.
Dia berusia 13 tahun saat hal itu terjadi.
Kisah pilu Karla tak berhenti disitu. Ketika ia berusia 15 tahun, ia dinyatakan hamil. Setelah mengadung selama sembilan bulan, ia melahirkan seorang bayi perempuan. Namun satu bulan setelah bayi itu lahir, dia tidak diizinkan melihatnya sehingga anaknya berusia satu tahun.
Germonya menggunakan bayi itu sebagai alat untuk memaksa Karla mengikuti kemauannya. Germonya mengancam akan membunuh bayinya jika ia menolak mengikuti keinginannya,
Diselamatkan
Karla Jacinto akhirnya diselamatkan pada tahun 2008 dalam operasi anti-perdagangan manusia di Mexico City. Ia berusia 16 tahun ketika dirinya diselamatkan.
Berbekal kisah masa lalunya yang pahit, Karla kini memberanikan diri menjadi seorang pengacara yang vokal melawan perdagangan manusia.
Dia juga sering menjadi pembicara di sejumlah acara internasional. Di bulan Juli ia berkesempatan untuk bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan, untuk menceritakan kisahnya, juga di hadapan Kongres AS, di bulan Mei.
Kesaksiannya digunakan sebagai bukti untuk mendukung HR 515 atau Hukum Megan yang mengamanatkan pemerintah AS berbagi informasi yang berkaitan dengan pelaku seksulan anak di AS ketika narapidana tersebut mencoba untuk bepergian ke luar negeri. (CNN)
