Kotak Hitam AirAsia QZ8501 Dibuka: Ini Rekaman Lengkap Menit Per Menit, Mulai Take Off Hingga Jatuh

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan adanya pembicaraan pilot dan co-pilot yang membingungkan dalam rekaman Cockpit Voice Recorde

Editor: Ernawati
BBC News Asia
Kokpit Pesawat AirAsia QZ8501 Menancap di Lumpur Laut 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan adanya pembicaraan pilot dan co-pilot yang membingungkan dalam rekaman Cockpit Voice Recorder (CVR) milik AirAsia QZ8501.

Pesawat itu jatuh di perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014.

Ketua Sub Komite Kecelakaan Pesawat Udara KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, pembicaraan membingungkan tersebut terjadi hanya beberapa saat sebelum pesawat mengalami upset condition dan stall, atau kehilangan daya terbang.

Baca: Live Kompas TV Penemuan Kotak Hitam Pesawat Lion Air JT-610 yang Jatuh di Perairan Karawang

Baca: Kotak Hitam Lion JT610 yang Jatuh Ditemukan di Kedalaman 30 Meter, Link Live Streaming Kompas TV

Baca: Kotak hitam pesawat Lion Air JT-610 Ditemukan Sertu Hendra Dibawa KR Baruna Jaya I

Menurut Nurcahyo, saat itu posisi pesawat sedang dalam keadaan menanjak dari 32.000 kaki ke 38.000 kaki, dengan kemudi manual, di mana posisi hidung pesawat berada di atas dan ekor mengarah ke bawah.

Berikut hasil rekaman black box menit per menit sejak pesawat take off:

05.20 WIB

Airbus A320 Indonesia AirAsia registrasi PK-AXC dengan nomor penerbangan QZ8501 rute Surabaya-Singapura dijadwalkan lepas landas (take-off) dari Bandara Juanda, Surabaya.

05.35 WIB, terlambat tinggal landas

QZ8501 take-off 15 menit lebih lambat dari jadwal yang telah ditentukan. Pesawat take-off menuju waypoint RAMPY di sebelah utara Bandara Juanda, Surabaya, kemudian mengikuti koridor airways M635 menuju Tanjung Pinang (VOR TPG) dengan ketinggian jelajah awal FL320 (32.000 kaki di atas permukaan laut).

06.12 WIB, pilot minta naik ketinggian

Sekitar 40 menit setelah take-off, saat melewati waypoint TAVIP di atas Selat Karimata, QZ8501 meminta izin kepada petugas lalu lintas udara (ATC) Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, untuk menaikkan ketinggian jelajah dari FL320 (32.000 kaki) ke FL380 (38.000 kaki).

ATC Soekarno-Hatta meminta QZ8501 untuk menunggu sembari ATC memastikan bahwa ketinggian jelajah tersebut aman untuk digunakan karena saat itu ada beberapa pesawat lain berada di jalur yang sama.

06.14 WIB, panggilan ATC tidak dibalas

ATC Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, memberikan izin kepada QZ8501 ke ketinggian jelajah FL340 (34.000 kaki), tetapi tidak ada respons balasan dari QZ8501. Seharusnya, setelah mendapatkan clearance (izin) dari ATC, pilot/kopilot membalas (readback) izin yang diberikan.

06.17 WIB, dihubungi 8 kali

Petugas ATC Bandara Soekarno-Hatta kehilangan kontak dengan QZ8501 dan mencoba menghubungi pesawat tersebut sebanyak delapan kali. ATC juga meminta bantuan kepada beberapa pesawat yang ada di sekitarnya untuk menghubungi QZ8501.

06.17.09 WIB

Berdasar data ADS-B dari pesawat QZ8501 yang beredar, pada mulanya pesawat terdeteksi menanjak secara normal dengan kecepatan 300 kaki dalam enam detik.

06.17.24 WIB, QZ8501 menanjak secara tak lazim

Pesawat kemudian terus menanjak dengan kecepatan vertikal yang bertambah lebih tinggi, bahkan ketinggian jelajah QZ8501 bertambah 1.700 kaki hanya dalam waktu enam detik.

Menurut rekaman data ADS-B, rate of climb (penambahan ketinggian) QZ8501 bahkan mencapai 6.000 hingga 9.000 kaki per menit. Tingkat kenaikan seperti itu tergolong tidak lazim dilakukan oleh sebuah pesawat penumpang saat berada di ketinggian jelajah.

06.17.41 WIB

Pesawat mencapai ketinggian jelajah 36.300 kaki. Artinya, pesawat naik dari ketinggian FL320 (32.000 kaki) ke ketinggian FL360 (36.000 kaki), atau naik 4.000 kaki, hanya dalam waktu 17 detik. Kenaikan ketinggian ini pun tidak lazim dilakukan pesawat penumpang saat berada di ketinggian jelajah.

06.17.54 WIB, mulai jatuh

QZ8501 akhirnya mencapai puncak ketinggian 37.600 kaki sebelum akhirnya mulai kehilangan ketinggian. Data ADS-B yang didapat, kecepatan pesawat yang terekam saat itu tergolong sangat lambat pada ketinggian tersebut, yaitu sekitar 119 hingga 169 knots.

Pada ketinggian 37.000 kaki, dengan kecepatan seperti itu, pesawat pada umumnya akan mengalami stall (kehilangan daya angkat). Namun, hal ini belum dikonfirmasi secara resmi, apakah QZ8501 benar mengalami stall atau tidak.

06.18.00 WIB, jatuh berputar

Airbus A320 PK-AXC nomor penerbangan QZ8501 mulai jatuh (kehilangan ketinggian) dengan kecepatan awal 1.500 kaki dalam waktu enam detik.

Laju jatuhnya pesawat kemudian bertambah dengan kecepatan 7.900 kaki per menit hingga 24.000 kaki per menit sebelum akhirnya QZ8501 hilang dari pantauan radar di ketinggian 24.000 kaki.

Jika dihitung, sejak pesawat mendadak naik tidak lazim hingga menghantam air (laut), dengan kecepatan jatuh seperti data di atas, waktunya hanya sekitar 1 hingga 2 menit.

Data yang berisi informasi heading (arah) pesawat berdasar ADS-B juga menunjukkan bahwa pesawat jatuh secara spiral atau sambil berputar.

Sempat berbalik arah

Diketahui pada pukul 23.17 UTC (atau 06.17 WIB), di detik ketika pesawat mulai menanjak, heading pesawat mulai berbelok dari heading semula 310 derajat (barat laut), menjadi berbelok ke kiri menuju heading 270 derajat (barat).

Di puncak ketinggian jelajah yang dicapai QZ8501, yaitu 37.600 kaki, heading pesawat kemudian berbelok lagi ke kiri.
ist Data surveillance dari pesawat Indonesia AirAsia PK-AXC QZ8501 pada Minggu (28/1/2015) pagi.

Heading pesawat sempat berputar balik dari arah semula 310 derajat (barat laut) ke arah sekitar 130 derajat (tenggara).

Berputarnya arah pesawat itu disertai dengan proses pesawat kehilangan ketinggian atau jatuh dengan kecepatan 11.000 kaki hingga maksimum 24.000 kaki per menit.

Hingga menurut deteksi radar ADS-B terakhir, di ketinggian 24.000 kaki, heading pesawat terakhir yang diketahui adalah arah 197 derajat atau barat daya. Pesawat diprediksi terus jatuh secara spiral.

Namun demikian, waktu titik tumbuk pesawat ke air (laut) belum diketahui.

07.08 WIB, Fase INCERFA, ALERFA, dan DETRESFA

QZ8501 dinyatakan dalam fase INCERFA, yakni tahap awal hilangnya kontak dan pihak Ditjen Perhubungan Udara melakukan kontak ke Badan SAR Nasional (Basarnas).

Pesawat dinyatakan ALERFA atau tahap berikut dalam menyatakan pesawat hilang kontak. Dan, pada pukul 07.55 WIB, pesawat dinyatakan DETRESFA atau resmi dinyatakan hilang.

ATC Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, setelah berulang kali mencoba melakukan kontak, akhirnya menyatakan kehilangan QZ8501.

07.30 WIB: QZ8501 tidak mendarat di Singapura

QZ8501 seharusnya telah mendarat di Bandara Changi, Singapura, tetapi tidak ada tanda-tanda pesawat tersebut memasuki wilayah udara Singapura.

07.54 WIB

ATC Singapura dihubungi oleh ATC Jakarta bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan QZ8501.

10.41 WIB

Pihak AirAsia menyatakan bahwa penerbangan QZ8501 hilang dan pencarian pun dimulai.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved