Breaking News

Mitos di Hulu Sungai Kalsel, Saat Gerhana Matahari, Anak-anak Dilarang Keluar Rumah

Dari kajiannya selama ini munculnya mitos itu sebenarnya memiliki tujuan untuk mengingatkan terutama pada anak kecil akan sejumlah efek negatifnya.

Penulis: Rahmadhani | Editor: Elpianur Achmad
NASA
Gerhana Matahari 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN -Fenomena gerhana matahari total disikapi dengan tradisi berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Di sejumlah daerah di Kalsel, terutama di hulu sungai, mitos gerhana masih hidup sampai saat ini.

Budayawan Kalsel, Mukhlis Maman mengatakan mitos soal gerhana matahari tidak dapat dipungkiri masih ada di sebagian masayarakat Kalimantan Selatan.

Julak Larau, panggilan akarabnya mengatakan mitos-mitos terutama masih berlangsung di wilayah hulu sungai, bahkan hingga kini.

Mitos-mitos terutama berkaitan dengan hal-hal buruk dan marabahaya di luar saat gerhana matahari berlangsung.

"Jadi kalau gerhana matahari dulu harus di dalam rumah. Tidak boleh keluar. Mitosnya macam-macam bentuknya. Ada yang menyebut buta kalau melihat langsung, penyakit akan datang, tidak ada udara di alam luar saat gerhana dan masih banyak lagi," ujarnya.

Mitos seperti itu masih ada hingga kini terutama di masyarakat yang masih tingal di pehuluan dan sinkritismenya masih tinggi.

"Terutama di masyarakat yang masih hidup dengan budaya perpaduan antara kaharingan dan Islam yang kuat seperti di daerah hulu," ujarnya.

Namun demikian, dari kajiannya selama ini munculnya mitos macam itu sebenarnya memiliki tujuan untuk mengingatkan terutama pada anak kecil akan sejumlah efek negatif melihat gerhana matahari secara langsung.

"Beberapa penelitian menunjukkan melihat gerhana matahari secara langsung dengan mata telanjang memiliki efek tidak baik untuk mata. Sebenarnya mitos tadi muncul di masyarakat tradisional untuk menghindari itu. Secara logika kan begitu," ujarnya.

Beda dengan masyarakat Banjar secara umum dimana nilai religius Islami yang kental seperti di Banjarmasin dan Martapura, gerhana matahari sendiri banyak dimaknai dengan cara religius pula.

"Nah kalau masayarakat Banjar sendiri, lebih banyak mengaitkan gerhana matahari dengan religi islami."

"Dilakukan salat gerhana, berzikir dan sebagainya saat terjadi gerhana matahari. Mitos-mitos sendiri tidak begitu kuat," ujarnya. (Rahmadhani)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved