Curhat Sopir Blue Bird: Dulu Sehari Bawa Pulang Rp200 Ribuan, Sekarang Cuma Separo

Cecep Rahmat (31) sudah tiga tahun bekerja sebagai karyawan Blue Bird. Namun, tiga bulan terakhir dirasakan sebagai masa tersulitnya dalam bekerja.

Editor: Eka Dinayanti
Nibras Nada Nailufar
Cecep Rakhmat (31), sopir taksi Blue Bird saat melayani perjalanan gratis, Rabu (23/3/2016). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA — Cecep Rahmat (31) sudah tiga tahun bekerja sebagai karyawan Blue Bird. Namun, tiga bulan terakhir dirasakan sebagai masa tersulitnya dalam bekerja.

"Tiga bulan terakhir ini pendapatan benar-benar susah, turun banget dibanding dulu-dulu," ujar Cecep saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (23/3/2016).

Cecep bercerita bahwa pada hari-hari "lumayan", ia bisa mengumpulkan Rp 1 juta. Namun, sejak taksi Uber dan Grab populer, dalam sehari ia hanya mampu menghasilkan Rp 600.000.

Dari Rp 1 juta hasil mengemudi, lebih dari setengahnya harus ia setorkan ke perusahaan. Lalu, sisanya adalah ongkos bensin dan komisi bersih untuknya.

"Kalau dapat sejuta, ya setor ke kantor lima ratusan, sisanya mungkin sekitar Rp 440.000 dikurangi bensin, ya saya bisa bawa pulang Rp 200.000-Rp 300.000 sehari," tuturnya.

Penurunan pendapatan selama tiga bulan terakhir menjadi alasan Cecep ikut berdemonstrasi kemarin.

"Kalau dihitung-hitung, beberapa bulan ini dapat cuma sekitar Rp 600.000. Berarti yang saya kantongin cuma sekitar Rp 100.000, sudah sama insentif itu," katanya.

Insentif yang Cecep dapatkan untuk pendapatan Rp 500.000 hanya Rp 50.000. Meskipun tak banyak yang ia dapatkan dari komisi mengemudi, Cecep mengaku akan tetap bertahan di Blue Bird.

"Ya saya kalau ada pilihan yang lebih baik, gajinya lebih gede, kenapa enggak?" ujar Cecep.
Diizinkan perusahaan

Cecep pun menyatakan bahwa unjuk rasa yang terjadi kemarin adalah prakarsa ia dan sesama sopir taksi lainnya. Ia mengaku tak bisa meminta apa-apa dari Blue Bird sehingga melawan dengan turun ke jalan dirasa lebih pas.

"Kantor ngizinin kok kita unjuk rasa kemarin, teman-teman sudah empet," ucapnya.

Cecep berharap, sembari menunggu titik cerah dari pemerintah, ia dan kawan-kawan tetap lancar mencari nafkah. Bapak dari dua anak ini tak yakin bahwa menjadi sopir taksi konvensional akan mencukupi kebutuhan hidup yang semakin lama semakin tinggi.

Namun, keterbatasan pilihan membuat Blue Bird sebagai satu-satunya tempat Cecep menggantungkan penghidupannya.

"Ya mau gimana lagi? Syukurin aja, untung-untung kesehatan saya masih ditanggung kantor, masih dapat bonus, THR juga," katanya.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved