Perjalanan Panjang Lahirnya Game Pokemon Go

Kesuksesan Pokemon Go terkesan begitu instan dan terburu-buru. Hanya dalam dua pekan setelah dirilis, game mobile keluaran Nintendo itu mampu

Editor: Ernawati
NextShark
Pendiri dan CEO Niantic, John Hanke. 

"Saya selalu berpikir bisa membuat game keren dengan menggunakan data geolokasi. Kita bisa merasakan petualangan nyata pada basis game," kata Hanke.

Game pertama yang diluncurkan Niantic adalah Ingress. Menurut Hanke, ide game tersebut terinspirasi dari khayalannya untuk pulang dan pergi dari rumah ke kantor Google.

Sayangnya, percobaan pertama Hanke gagal di pasaran. Ingress tak mendapat penerimaan sebagaimana diharapkan.

Meski begitu, Hanke tak patah semangat. Pada 2014, ia melihat ada peluang besar dari proyek guyonan April Mop yang dibuat Google dan Pokemon Company. Saat itu antusiasme netizen memang membludak.

Padahal, mekanisme guyonan itu simpel: netizen bisa melihat monster-monster Pokemon berkeliaran dalam Google Maps.

Hanke pun tak menunggu lama untuk mengembangkan Pokemon Go pada tahun itu juga. Ia yakin lelucon April Mop itu bakal sukses jika dibuatkan game sungguhannya.

Mendekati investor

Hanke sadar idenya mewujudkan Pokemon Go lewat Niantic butuh dukungan investor. Ia pun mendekati Pokemon Company dan Nintendo pada 2015. Pendekatan ke dua perusahaan itu dilakukan dengan strategi berbeda.

Pokemon Company lebih mudah didekati dengan bekal Hanke sebagai pekerja Google yang bersinggungan langsung dalam proyek April Mop pada 2014. Jodoh Hanke dan Pokemon Company diperkuat karena CEO Pokemon Company Tsunekazu Ishihara adalah gamer sejati Ingress.

Komunikasi di antara mereka terjalin lebih santai. Pokemon Company pun mengucurkan dana dan merestui langkah Hanke membuat Pokemon Go.

Sementara itu, pendekatan ke Nintendo lebih didasari kesamaan visi. Saat itu almarhum Satoru Iwata masih menjabat CEO Nintendo. Ia berdiskusi dengan Hanke dan keduanya memiliki cita-cita serupa, yakni memungkinkan masyarakat beranjak dari kursinya dan berpindah tempat saat bermain game.

"Mereka (Iwata dan Hanke) sama-sama setuju bahwa game harus menjadi sesuatu yang membuat keluarga bermain bersama, serta mengoneksikan orang-orang. Ini meninggalkan kesan yang kuat pada saya," kata neuroscientic Jepang, Ryu Kawashima.

Ia dikenal atas kemunculannya di serial video Brain Age untuk Nintendo DS dan Nintendo 3DS.

Di tengah kesulitan bisnis Nintendo menghadapi penurunan penjualan konsol game, perusahaan Negeri Sakura itu akhirnya percaya kepada Niantic dalam upaya mewujudkan Pokemon Go.

Hanke mengumpulkan dana 25 juta dolar AS atau Rp 328 miliar dari Google, Nintendo, Pokemon Company, dan investor lain untuk membentuk tim Pokemon Go. Ada sekitar 40 orang yang menjadi anggota tim.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved