Berita Tanahbumbu
Ratusan Anak Indonesia di Malaysia Tak Bisa Sekolah
Pasalnya, Ribut Giyono selaku kepala SMKN 2 Simpangempat telah berada di Malaysia bersama dengan jajaran pemerintah Malaysia untuk melakukan kerjasama
Penulis: Man Hidayat | Editor: Didik Triomarsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, BATULICIN - Kepala SMKN 2 Simpangempat Tanahbumbu, Kalimantan Selatan akan menandatangani program Indonesia Memanggil di Sabah Malaysia. Program tersebut merupakan program untuk anak-anak Indonesia yang tidak bisa melanjutkan sekolah di Malaysia tepatnya di tingkat SLTA.
Pasalnya, Ribut Giyono selaku kepala SMKN 2 Simpangempat telah berada di Malaysia bersama dengan jajaran pemerintah Malaysia untuk melakukan kerjasama.
Karena banyak putra putri Indonesia yang harus terputus sekolah karena tidak bisa melanjutkannya. Hal itu dikarenakan terbatasnya daya tampung Sekolah Indonesia di Kota Kianabalu (SIKK) di Malaysia. Selain itu juga dikarenakan jauhnya akses antara kantong-kantong anak Indonesia menuju Kota Kinabalu karena sebagian besar mereka berada di perkebunan sawit.
Begitu juga dengan rendahnya kesadaran orangtua untuk menyekolahkan anaknya serta minimnya kesadaran tentang makna pendidikan warga Indonesia di perkebunan Luar Negeri karena sebagian besar mereka sudah berpenghasilan.
Hal ini diungkapkan Ribut Giyono saat masih di Malaysia, kemarin. Bahkan sekolah Indonesia di luar Negeri masih minim. Sebab itu lah, program Indonesia memanggil ini di gelar dan di SMKN 2 Simpangempat siap menerima dan satu-satunya sekolah di Kalimantan Selatan menggelar Program Indonesia Memanggil.
"Beberapa sebab ini lah yang membuat saya menggelar sistem pendidikan Inklusif dan Program Indonesia Memanggil. Karea ternyata banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa bersekolah karena sulitnya dan minimnya tempat di Malaysia," kata Ribut Giyono yang masih berada di Malaysia.
Bahkan untuk sekolah indonesia di Malaysia hanya bisa menampung lulusan SPMP sebanyak 78 siswa di Sabah Malaysia. Sementara, tiap tahunnya tercatat ada sekitar 700 anak lulusan SMP yang tidak bisa melanjutkan sekolah.
