Berita Regional

"Anak Saya Ini Menderita Penyakit Hidrosefalus"

Namun sesaat setelah dilahirkan pada 14 Desember 2016, bayi yang belum diberi nama itu diketahui mengindap penyakit hidrosefalus

Editor: Didik Triomarsidi
kompas.com
Bayi laki-laki ini lahir pada 14 desember 2016. Usai dilahirkan, orang tuanya kaget melihat kepala anaknya membesar. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BIMA - Bayi dari seorang ibu bernama Rosdiana, warga Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, kini terbaring lemah di ruang NICU RSUD Bima. Bayi ini lahir melalui persalinan normal di rumah sakit setempat, setelah dirujuk dari Puskesmas.

Namun sesaat setelah dilahirkan pada 14 Desember 2016, bayi yang belum diberi nama itu diketahui mengindap penyakit hidrosefalus atau pembesaran kepala. Padahal, menurut sang suami, Mansyur, istrinya saat mengandung normal. Dia kaget melihat kepala anak keduanya membesar usai dilahirkan.

"Dokter mengatakan, anak saya ini menderita penyakit hidrosefalus," kata Mansyur saat ditemui di RSUD Bima, Kamis (15/12).

Setelah divonis dokter menderita hidrosefalus, mereka disarankan agar membawa anaknya ke RSUP Sanglah Denpasar, Bali untuk dioperasi.

Namun hingga saat ini orang tuanya belum berani membawa anaknya di rumah sakit setempat lantaran terkendala biaya.

"Biaya operasi yang cukup besar sangat tidak mungkin saya dapatkan. Saya hanya seorang buruh di tambang garam dengan upah seadanya," tutur Mansyur.

Akibat mengidap hidrosefalus, bayi itu masih terbaring lemah di ruang RSUD Bima. Sementara upaya pengobatan alternatif melalui jalur operasi agar kepala anaknya normal sebagaimana saran dokter belum bisa dilakukan.

Mansyur pun hanya pasrah, selain tak memiliki biaya, Ia juga khawatir dengan penyakit yang menimpa anaknya.

Apalagi menurut dokter, lanjut Mansyur, hidrosefalus adalah penyakit yang menyerang organ otak. Jika tidak segera ditangani, penyakit tersebut dipastikan dapat merusak jaringan dan melemahkan fungsi otak.

"Saya khawatir kepala anak saya akan membesar seiring usia. Tapi saya bingung harus bagaimana lagi sekarang. Saya enggak punyak uang, sementara dokter menyarankan satu-satunya cara untuk menyembuhkan anak saya harus dioperasi untuk mengeluarkan cairan di otak," ujar Mansyur.

Beruntung penderitaan warga miskin ini mendapat perhatian dari lembaga kesejahtera sosial anak (LKSA) setempat. Relawan ini akan mendampingi dan membantu biaya pengobatan bagi penderita hidrosefalus di RSUP Sanglah.

"Kita akan membawa bayi ini ke rumah sakit Sanglah dalam waktu dekat. Semua biaya pengobatan, termasuk makan dan minum selama perawan di Bali kita tanggung," kata Ketua LKSA, Mukhtar saat mengunjungi bayi penderita hidrosefalus di RSUD Bima.

Untuk meringankan beban keluarga pasien, pihaknya mulai menggalang dana melalui media sosial.

Mukhtar juga berharap ada uluran tangan dari para dermawan terutama kepada pemerintah daerah agar membantu meringan beban warganya.

"Saat ini kita sedang berupaya mencari bantuan dengan menggalang dana. Karena berdasarkan pengalaman beberapa kali kita mendampingi pasien yang menderita hidrosefalus, biaya yang harus dikeluarkan cukup besar. Sementara dari pihak keluarga jelas tidak mampu menanggung biaya itu. Karena itu saya minta pemerintah mengambil alih biaya pengobatan," ucapnya.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved