NEWS VIDEO

Duh, Harga Gabah Anjlok Saat Panen Raya

Petani di desa tersebut, sedang panen raya. Meski hasil panen cukup memuaskan, keceriaan tak terlihat di wajah para petani.

Penulis: Hanani | Editor: Murhan

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Selama satu bulan ini, pemandangan di Desa Paya Besar, kecamatan Batubenawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel, didominasi aktivitas petani.

Hampir satu kampung, petani secara serempak menjemur hasil panennya pinggir hingga tengah jalan desa. Saking berlimpahnya hasil panen, halaman warga pun tak cukup menjadi tempat menjemur padi yang baru dirontokkan dan disortir tersebut.

Mereka melakukan aktivitas merontokkan padi, menyortir dengan alat gumbaan, hingga menjemur dan mengemas dalam karung juga di pinggir jalan. Petani di desa tersebut, sedang panen raya. Meski hasil panen cukup memuaskan, keceriaan tak terlihat di wajah para petani.

Saat ditemui Senin (27/3/2017) para petani menyatakan kecewa dengan harga gabah kering giling, yang anjlok disaat mereka panen.

“Kami memang sedang panen raya. Tapi kami sedih karena tak bisa menikmati harga wajar. Pengumpul hanya membeli Rp 3.700 per kilogram gabah kering hasil panen,” tutur Rahma, petani di desa tersebut. Dijelaskan, harga tersebut sangat rendah, dari harga standar panen tahun lalu, yaitu Rp 6.000 per kilogram.

“Bingung juga, harga beras di pasaran tak pernah anjlok. Bahkan stabil saja. Tapi mengapa harga gabah kami dibeli dengan harga seperti itu,” keluh Udin, petani lainnya.

Menurut Udin, sebagian petani yang punya penghasilan lain, bisa menyimpan hasil panennya. Namun, kebanyakan mereka tak bisa menahan atau menyimpan stok, karena memerluakan uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Ketua Kelompok Tani Sumber Ilmu, Amrullah menyatakan rata-rata petani menanam padi jenis ampari dan ciherang. Kelompok Tani Sumber Ilmu terdiri 40 petani, dengan hasil panen 70 balek atau 700 kilogram per borong (satu hektare 35 borongan). ‘Sebenarnya hasil panennya lumayan, tapi harganya tak menggembirakan,” jelasnya.

Disebutkan, ada sekitar 300 orang petani di desa yang meliputi delapan RT tersebut. Kebanyakan mereka, menjual langsung hasil padinya setelah dipanen, karena kebutuhan keluarga. Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Paya Besar, Asmail mengatakan, hinggi kini memang belum ada pembelian dari Bulog.

“Tapi Bulog pun membelinya belum harga standar. Lebih rendah juga dari harga pasar, sehingga petani pun menjual ke pedagang pengumpul,” kata Asmail.

Menghadapi situasi tersebut, para petani berharap, agar pemerintah daerah membantu petani yang tergabung di Gapoktan menyiapkan modal, untuk membeli bibit padi, pupuk dan obat-obatan. Selain itu, juga membangunkan gudang penyimpanan padi, pabrik penggilingan dan fasiliats lainnya, agar petani tak lagi hanya menjual gabah. “Tapi menjual beras yang sudah dikemas, sehingga harga bisa lebih baik,” kata Asmail.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved