Puasa Ramadan

Salah Kaprah Berpuasa: Boros, Tamak dan Nafsu Ketika Berbuka

Puasa Ramadan diwajibkan bagi muslimin di mana pun berada. Ramadan juga kesempatan bagi hamba Allah meningkatkan ketakwaan dan berbagai keutamaan.

Editor: Elpianur Achmad

BANJARMASINPOST.CO.ID - Puasa Ramadan diwajibkan bagi muslimin di mana pun berada. Ramadan juga kesempatan bagi hamba Allah meningkatkan ketakwaan, karena memiliki berbagai keutamaan, jelas seorang mubaligh di Banjarmasin, Kalimantan Selatan H Chairani Idris.

Umat Islam selayaknya memahami keutamaan setiap ibadah yang Allah SWT perintahkan. Pemahaman demikian menjadi penyemangat sekaligus mendorong seseorang untuk meningkatkan ketakwaan.

Chairani menyebutkan, puasa Ramadan mulai disyariatkan pada 10 Sya`ban tahun kedua Hijriah atau satu setengah tahun setelah umat Islam berhijrah dari Makkah ke Madinah.

Dalam surah At Taubah ayat 36 disebutkan, “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Allah menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya dan ketahuilah, bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Bulan Ramadan ada semenjak langit dan bumi ini diciptakan. Adapun puasa Ramadan yang dipuasakan oleh umat manusia, sekarang ini usianya 1436 tahun. Puasa yang akan dijalani tahun ini merupakan Ramadan ke1438 Hijriah, karena bulan puasa diwajibkan mulai tahun kedua Hijriah.

Peristiwa yang terjadi pada Ramadan di antaranya, turunnya kitab samawi yaitu Zabur yang diturunkan pada zaman Nabi Daud, kitab Taurat di zaman Nabi Musa, Injil diturunkan pada zaman Nabi Isa dan Alquran turun di zaman Nabi Muhammad.

Ramadan juga merupakan syahrul Quran (bulan Alquran), karena Alquran diturunkan pada bulan tersebut. Itu menjadi bukti nyata atas kemuliaan dan keutamaan Ramadan. Dalam surah Al Baqarah 185 disebutkan, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).

Pada Ramadan di masa Rasulullah, juga terjadi perang Badar, yaitu perang pertama terbuka antara Islam dengan non Islam atau kaum Quraisy.

Perang Badar disebutkan pada surah Al Imran ayat 123, “Dan sungguh, Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya.”

Pada peperangan itu, pasukan Rasulullah hanya 312, sementara lawan mencapai 1.000 orang lebih. Namun berkat ketakwaan yang kuat pada Allah SWT, diturunkanlah 3.000 malaikat untuk membantu, sehingga kaum Quraisy kocar kacir. Perang Badar akhirnya dimenangkan umat Islam walau jumlahnya sedikit, karena ketakwaannya kepada Allah SWT begitu kuat.

Terkait puasa Ramadan dijelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 183-185, disebutkan kewajiban puasa , aturan puasa, kalau sakit boleh tak puasa tapi diganti hari lain, begitu juga kalau sedang sakit.

Menurut Chairani, keutamaan puasa Ramadhan juga baik untuk kesehatan. Dengan berpuasa paling tidak mengistirahatkan pencernaan selama satu bulan di siang hari setelah 11 bulan bekerja keras.

“Puasa itu membuat sehat, mampu menstabilkan darah. Buktinya orang yang mau operasi harus puasa dulu, kalau tak puasa dokter tak mau operasi. Operasi apa pun itu,” tandasnya.

Dari sisi sosial kemasyarakatan, semua orang (kaya maupun miskin) akan merasakan haus dan lapar, sehingga bisa merasakan bagaimana menjadi orang miskin yang lapar. Dengan demikian akan lebih toleran.

Terkait anggapan kalau puasa itu boros, menurut Chairani, itu karena salah kaprah dalam berpuasa. Adanya rasa tamak dan ingin memenuhi nafsunya, sehingga menyajikan segala sesuatu untuk buka puasa secara berlebihan.

Padahal puasa itu hakikatnya menahan diri dari hawa nafsu, baik lapar, haus, nafsu amarah, seks dan lainnya. Bahkan ada ulama fikih yang berpendapat kalau menjelang puasa ada yang sengaja menimbun makanan dan diniatkan untuk persediaan puasa, itu haram hukumnya.

Sebaiknya menyambut bulan puasa itu normal-normal saja. Jangan siang hari menahan rasa haus dan lapar, malamnya balas dendam. Makanya, sebelum puasa sebaiknya timbang badan. Kalau setelah puasa berat badannya naik berarti salah puasanya. Tapi kalau timbangannya normal atau turun 1-2 kilogram, itu bagus.

“Jangan sampai siang puasa, tapi malamnya membalas makan tiga kali. Itu tak benar. Saat buka puasa makan secara berlebihan, sehingga terlambat salat Magrib. Alangkah baiknya makan secukupnya saat berbuka. Jangan berlebihan, karena Allah tak suka orang yang berlebihan,” tandas Chairani. (drt)

Baca di Serambi Ummah Edisi Jumat (19/5/2017)

Serambi Ummah
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved