Posting Foto Menyusui di Medsos, Putri Presiden Kyrgyzstan Jadi Sorotan

Sebuah foto anak perempuan termuda Presiden Kyrgyzstan yang menggunakan pakaian dalam dan menyusui bayinya memicu debat mengenai masalah menyusui

Editor: Eka Dinayanti
DOKUMENTASI ALIYA SHAGIEVA
Aliya Shagieva mengatakan perdebatan itu menunjukkan adanya budaya hiperseksual terhadap tubuh perempuan 

Kasus itu memicu kemarahan publik.

Ketika BBC dalam berbagai bahasa menyiarkan wawancara dengan Aliya Shagieva, hal itu pun memicu perbincangan online.

Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan budaya dan praktik menyusui di negara-negara Muslim.

Perempuan dari Iran membagikan pengalaman mereka mengenai tekanan yang mereka rasakan ketika menyusui di ruang publik.

"Orang-orang menatap saya dari dekat, saya harus menutupi diri saya dan bayi atau membiarkannya lapar," kata seorang ibu di Teheran.

Perempuan lainnya memuji dibangunnya ruang ibu dan anak di Stasiun Metro Teheran.

Seorang perempuan dari Kabul, Afghanistan, Zarifa Ghafari, membagikan kisah dari keluarga besarnya, yang mengatakan ibu-ibu harus pergi ke ruangan tersendiri untuk menyusui:

"Dia tidak dapat melakukannya di depan yang lain. Jika dia melakukannya dia akan menghadapi reaksi keras dari anggota keluarga yang lebih tua."

"Ini merupakan sebuah isu yang besar, tetapi secara perlahan ada perubahan budaya."

Perempuan Afghan lain, Nageen bercerita tentang pengalamannya belanja bersama dengan ipar perempuannya.

"Kami terpaksa harus membeli sejumlah hadiah jadi dia dapat menyusui bayinya di sebuah toko. Dia duduk di sana dan menutupi dirinya dengan sebuah selendang yang besar."

Seorang pengguna Facebook di Turki mengatakan, dia sendiri memilih untuk menutupi payudaranya ketika menyusui bayinya.

"Saya tidak melakukannya di depan orang. Saya menggunakan penutup. Banyak orang yang masih terangsang dengan payudara," kata dia.

Victoria Tahmasebi, seorang perempuan dan ahli studi gender di Universitas Toronto menulis kicauan di Twitter.

"Dari sudut pandang kapitalis payudara perempuan dapat menghasilkan keuntungan sepanjang mereka diseksualisasi."

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved