Kebakaran Lahan Telan Korban

Kepala Staklim Prediksi Akhir Oktober Musim Hujan, Puncak Kemarau September

Jika dibanding rata-rata awal musim hujan periode 1981-2010, awal musim hujan 2017/2018 di Kalsel sebagian besar diprakirakan sama dengan rata-ratanya

Editor: Elpianur Achmad
Harian Banjarmasin Post Edisi Kamis (21/9/2017) Halaman 1 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) Banjarbaru, Goeroeh Tjiptanto memprakirakan musim hujan 2017/2018 di Kalsel secara umum terjadi pada akhir Oktober 2017.

Jika dibandingkan rata-rata awal musim hujan periode 1981-2010, awal musim hujan 2017/2018 di Kalsel sebagian besar diprakirakan sama dengan rata-ratanya.

“Sifat musim hujan selama musim hujan 2017/2018 di Kalsel sebagian besar wilayahnya diprakirakan normal,” jelas Goeroeh, Rabu (20/9).

Baca Juga: Di Tubuh Korban Hanya Ada Luka Luyuh, Keluarga Bantah Bajuri Meninggal Akibat Terpanggang

Disebutkan dia, Tanahlaut bagian selatan dan Tanahbumbu bagian selatan sebagai nonzona musim, karena tidak jelas perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau.

"Puncak musim kemarau September 2017. Secara umum awal musim hujan di prakiraan akhir Oktober sampai akhir November 2017. Kondisi musim hujan secara umum normal dan perbandingan klimatologisnya relatif sama," ucapnya.

Pemadam kebakaran memadamkan api di kawasan Lianganggang, Senin (11/9/20176) siang.
Pemadam kebakaran memadamkan api di kawasan Lianganggang, Senin (11/9/2017) siang. (Banjarmasinpost.co.id/Nia Kurniawan)

"Awal sampai pertengahan September 2017 masih angin timuran artinya masih musim kemarau. Monsun Asia sebagai indikator musim hujan, masih lemah hingga pertengahan September 3017. Dan Monsun Australia sebagai indikator kemarau di sekitar klimatologisnya awal Oktober 2017. Kemungkinan peluang La Nina di akhir tahun 2017 sampai awal 2018," urai Goeroeh.

Baca Juga: Pensiunan Kepsek Ambruk Dikepung Asap, Kebakaran Lahan di Kalsel Telan Korban Jiwa

Terkait cuaca panas terik yang dirasakan di Kalsel selama beberapa hari terakhir, Goeroeh berujar itu fenomena alam biasa yang sering terjadi pada pada bulan-bulan puncak musim kemarau.

Disebutkan dia, beberapa faktor seperti faktor gerak semu matahari yang saat ini berada di sekitar khatulistiwa akan berada tepat di atas khatulistiwa sekitar tanggal 22-23 September 2017.

Dia berujar, walau musim kemarau tapi masih ada hujan. Tapi air hujan yang jatuh cepat menguap, sehingga masih ada saja lahan terbakar ketika cuaca panas.

"Cuaca panas normal kisaran 33-34 derajat Kalsel, saat siang tidak ada awan jadi panas terasa langsung, malam dingin karena energi panas hilang," pungkasnya. (kur)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved