Serambi Ummah

Jumat Berkah - Ternyata, Orangtua Juga bisa Durhaka Pada Anak, Lho Kok Bisa?

Orangtua harus selalu berlaku adil kepada anak. Namun adil yang ia maksudkan bukanlah harus sama. Melainkan memberikan anak sesuai kebutuhan mereka

Penulis: Isti Rohayanti | Editor: Royan Naimi
dailymail.co.uk
Ilustrasi 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Orangtua harus selalu berlaku adil kepada anak. Namun adil yang ia maksudkan bukanlah harus sama. Melainkan memberikan anak sesuai kebutuhan mereka.

Selain itu harus pula selalu menghargai pendapat sang anak. Adanya sikap demokratis yang ditumbuhkan dalam keluarga.

“Anak itu merupakan amanat dari Allah, karena itu orangtua harus memperlakukan anak secara adil. Bagaimanapun penampilan dan sikap serta keadaan anak itu maka harus dijaga dan dipelihara serta disayangi, tidak ada pilihan lain,” ucap pengamat masalah sosial kemanusiaan dan keagamaan DI Kalsel, Masyitah Umar, Kamis (5/10).

Tidak dihiraukannya pendapat anak dan ketika orangtua lebih mementingkan kehendak sendiri, maka hal itu akan menggangu anak.

Baca: Jumat Berkah - Ternyata Ada Bahayanya Makan Sayur Mentah, Ahli Gizi Bilang Paling Baik Ditumis

Padahal, menurut Masyitah orangtua belum tentu mengetahui apa yang diinginkan anak, sehingga ada baiknya menjalin komukasi dan mengetahui minat bakat anak lantas percaya pada keinginannya.

Hal itu adalah cara menghidari adanya anggapan perlakuan tidak adil.

Ia juga menjelaskan alasan yang membuat anak beranggapan orangtua tidak adil atau menganakemaskan satu anak di antara banyak anak, ialah adanya panggilan yang menggunakan kondisi fisik. Dimana orangtua kerap memanggil sang anak menggunakan sebutan Ndut, cantik, atau item.

Meski dianggap sebagai panggilan sayang, Masyitah mengatakan hal itu bisa mempengaruhi psikologis anak. Bahkan bisa memunculkan trauma.

”Adanya panggilan tidak benar kepada anak, walaupun itu kesannya pangilan sayang, namun bagi anak, itu memunculkan trauma dan memunculkan psikologisnya tidak berkembang dengan baik,” terang Masyitah.

Baca: Jumat Berkah - Oh, Ternyata Begini Hukumnya Makan Sayuran Mentah Menurut Islam

Akibat perlakuan itu, Masyitah mengatakan seringkali anak menjadi merasa tersisihkan. Bahkan ia bisa saja melakukan pemberontakan ketika ia dewasa nantinya. Tentu saja hal tersebut ditengkan Masyitah karena kurangnya pendidikan agama yang diberikan orangtua terhadap anak. Selain itu perlu adanya contoh teladan yang baik dari orangtua dan keluarga.

Rafathar dan orangtuanya, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, dalam perayaan ulang tahunnya yang kedua di Club House Green Bandara Residence, Depok, Jawa Barat, Minggu (20/8/2017).
Rafathar dan orangtuanya, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, dalam perayaan ulang tahunnya yang kedua di Club House Green Bandara Residence, Depok, Jawa Barat, Minggu (20/8/2017). (kompas.com)

Padahal, sejak usia dini ia mengatakan orangtua wajib memberikan pendidikan agama. Sehingga anak tidak salah tingkah. Pun apabila terjadi kesalahpemahaman, maka fungsi pembelajaran agama sangatlah berperan sebagai cara meluruskan.

Terutama pembelajaran tentang bagaimana cara taat kepada orangtua. Dalam artian orangtua tidak memberikan pembelajaran yang tidak baik.

Perihal mengatasi adanya pemikiran anak emas itu, Masyitah menyarankan agar sering mengajak anak untuk berkomunikasi.

Jangan sampai komunikasi anak dan orangtua sampai tersumbat. Selain itu orangtuapun menurutnya perlu lakukan evaluasi. Mereka harus menanyakan tentang bagaimana sikap mereka terhadap anak. Terlebih sebagai orangtua juga harus melakukan pengontrolan.

Baca: Hebatnya Metamorfosis Runner Up Puteri Indonesia 2006, Usia 31 Tahun Jadi Ketua DPRD!

“Orangtua itu layaknya pisau bermata dua , bisa mengevaluasi anaknya dan mengevaluasi dirinya sendiri. Apakah saya sudah berlaku adil kepada anak atau belum? Selain itu anak harus bisa mengemukakan pendapat. Sehingga ada keran demokrasi dalam keluarga,” tutur perempuan itu,

Ia juga menerangkan kalau orangtua harus bisa menjadi teman, sahabat dan guru bagi anak. Intinya mereka harus mengayomi dan memahami anak serta mengerti keluhan mereka. Jangan sampai anak malah lebih nyaman terhadap oranglain untuk bercerita.

Ia juga mengimbau ada baiknya orangtua menyadari fungsi mereka. Kemudian mulai memberikan pengertian kepada anak. Namun tak dipungkiri, menurut Masyitah, apabila tidak melalui sarana pendidikan maka hal itu akan sulit. Bakan orangtua pun juga harus menggali ilmu melalui gerakan PKK di kelurahan, kecamatan atau desa setempat.

Jangan Berprasangka Buruk

Ada anggapan ketidakadilan perlakuan terhadap anak kadang seringkali dirasakan oleh sejumlah anak. Namun hal itu dikatakan oleh PNS Kementerian Agama Kota Banjarmasin, Muhlidi Sulaiman hanyalah sebuah pemikiran negatif dari si anak.

Setiap perlakuan kepada anak itu bersifat relatif. Anak besar dan kecil berbeda cara mendidik dan memberikan kebutuhan terhadapnya.

Ia pun meyakini tidak ada orangtua yang tidak adil kepada anak. Namun cara pikir sang anak yang kerap kali negative thingking kepada orangtua hal itu menyebabkan adanya rasa terkucilkan atau dibedakan dari anak lainnya yang nampak seolah anak emas.

“Menurut saya tidak ada orangtua yang menganakemaskan anak. Anak saja yang kadang negative thingking kepada orangtua. Padahal tidak ada orangtua yang menganakemaskan, semua anak itu sama, tapi anak beranggapan orangtua tidak adil. Sehingg peran orangtua disini mereka harus lebih sering mengumpulkan anak,” ucap lelaki itu.

Penjemputan dua anak terlantar beberapa waktu lalu
Penjemputan dua anak terlantar beberapa waktu lalu (Istimewa)

Baca: Istri Ketiga Ustadz Arifin Ilham Janda, Dua Ustadz Ini Juga Sempat Bikin Heboh Karena Berpoligami

Ia juga menerangkan hal itu bukan tentang keadilan orangtua, melainkan kurangnya waktu orangtua terhadap anak sehingga muncullah anggapan tersebut. Ditambah lagi kesibukan orangtua diluaran membuat mereka jarang bertemu dengan anak. Hal itu tentu saja menurut Muhlidi dapat menyebabkan kurangnya perhatian kepada anak.

Ia juga memberikan imbauan dimana menurutnya keluarga ideal dimana orangtua selallu memebrikankadar cinta yang sama rata kepada anak. Itu bisa dilalakukan menggunakan cara menambah waktu untuk berbincang dengan anak. Selain itu ada bainya ia menyarankan harus ada time orangtua dan anak untuk makan bersama. Sehingga nantinya kedua belah pihak bisa saling memahami.

“Kalau seandainya ada anak yang menganggap perhatian anak merasa kurang adil, maka perlu ada instropeksi orang tua, jangan sampai anak broken home,” terang Muhlidi.

Baca: HUT ke-72 TNI , Deddy Mizwar Pasang Foto Sikap Hormat, Netizen: Jenderal, Turunkan Tanganmu

Meski ia mengatakan tidak ada orangtua yang tidak adil dan memberikan cara agar tidak ada anggapan anak durhaka kepada orangtua, Muhlidi juga mengatakan memang ada orangtua yang durhaka kepada anak.

Dikutip dari cerita umar bin khatab, Muhlidi mengatakan tiga jenis orangtua yang bisa dikatakan durhaka kepada anak. Di antaranya, memberikan nama yang tidak baik, tidak memberikan pendidikan agama dan memberikan ibu yang tidak baik. (*)

(banjarmasinpost.co.id/isti rohayanti)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved