Begini Murka Putra Mantan Presiden Yaman Setelah Ayahnya Tewas di Tangan Houthi
Putra Ali Abdullah Saleh, mantan Presiden Yaman yang dibnyaunuh kelompok Houthi Senin (4/12/2017), menyerukan
BANJARMASINPOST.CO.ID, SANA'A - Putra Ali Abdullah Saleh, mantan Presiden Yaman yang dibnyaunuh kelompok Houthi Senin (4/12/2017), menyerukan balas dendam.
Ahmed Ali Saleh, mantan komandan Garda Republik, telah menetap di Uni Emirat Arab (UEA) sejak 2013.
Dia mengajak para loyalis Saleh, dan rakyat yang tidak menginginkan keberadaan Houthi untuk mengangkat senjata serta mengusir mereka dari Yaman.
Apalagi, sepupunya sekaligus penasihat militer Saleh, Tareq Mohammed Abdullah Saleh, tewas Selasa (5/12/2017).
Tareq tewas setelah terluka terkena granat berpeluncur roket (RPG) yang ditembakkan oleh Houthi ke kendaraan lapis baja yang mengangkut dia dan pamannya.
Dilansir kanal televisi Al Ekhbariya via Al Jazeera, Ahmed berkata bakal memimpin sendiri penyerangan kepada Houthi.
Dia bersumpah bakal membersihkan Yaman dari kelompok yang diduga mendapat sokongan Iran itu hingga anggotanya yang terakhir.
"Darah ayah saya akan menjadi bel kematian di telinga Iran dan sekutunya," ucap Ahmed dalam televisi milik Arab Saudi tersebut.
Dengan tewasnya Tareq, otomatis kursi pimpinan Partai Kongres Rakyat Umum (GPC) bakal dipegang oleh Ahmed.
"Saat ini, waktu yang tersedia sangat sedikit. Jika mereka ingin Yaman terbebas dari Houthi, Ahmed harus kembali ke Yaman dan memimpin GPC dalam 48 jam ke depan."
Pernyataan itu dilontarkan Profesor Studi Timur Tengah di Universitas Grand Valley, Gamal Gasim.
Baca juga : Mantan Presiden Yaman Dikabarkan Terbunuh dalam Pertempuran di Sanaa
Tensi Mulai Menurun
Al Jazeera memberitakan, ketegangan di Sana'a, ibu kota Yaman, menurun.
Itu setelah koalisi pimpinan Saudi melancarkan 25 serangan udara selepas tengah malam.
Koordinator Kemanusiaan PBB di Yaman, Jamie McGoldrick berkata, serangan udara itu membuat keluarga yang ada di Sana'a mulai berani untuk keluar rumah.
