Pedagang Lebih Suka Jual Beras Pabrikan daripada Beras Bulog, Ini Alasannya
Awal bulan Januari 2018 komoditas beras, khususnya beras yang didatangkan dari Pulau Jawa ke Kalimantan Selatan (Kalsel)
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Awal bulan Januari 2018 komoditas beras, khususnya beras yang didatangkan dari Pulau Jawa ke Kalimantan Selatan (Kalsel) mengalami kenaikan harga.
Beberapa toko dan pedagang beras di Banjarmasin sudah mengalami kenaikan harga modal pembelian beras yang biasa disebut beras Jawa kurang lebih sejak satu dua minggu belakangan.
Seperti dijelaskan H Rahman Pemilik Toko Beras Rahman di Jalan Pasar Pagi Banjarmasin, kenaikan harga beras Jawa di tokonya yaitu di kisaran Rp 200 hingga Rp 500 perkilogram.
Karena kenaikan harga ini, beberapa merek beras Jawa seperti Cap Melon, Cap Lopo Ijo dan Cap Ikan Paus dijual sedikit di atas harga eceran tertinggi (HET) beras kualitas medium yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp 9.950 perkilogram.
Baca: Rambo Warung Tuak Divonis Sanksi Bayar Denda Rp 300 Ribu, Ini Pengakuannya
Contohnya Selasa (9/1/2018), harga beras Jawa kemasan Cap Melon di Toko Rahman dijual Rp 285.000 untuk kemasan ukuran 25 kilogram, Cap Ikan Paus Rp 280.000 dan Cap Lopo Ijo Rp 300.000 juga untuk kemasan ukuran 25 kilogram.
Namun dari total 10 macam merek beras kualitas medium yang dijual di toko ini, masih ada beberapa merek yang dijual sesuai harga HET beras Rp 9.950 per kilogram.
Kenaikan harga juga langsung berdampak menurunnya penjualan beras Jawa di Toko Rahman ini.
Jika sebelumnya per hari bisa dijual rata-rata 1,5 ton beras Jawa, kini setelah harga naik penjualan maksimal rata-rata hanya di kisaran 1 ton per hari.
Baca: Jangan Lupa, Besok Kontes Durian Biih, Ratusan Durian Unggulan Berbagai Daerah Hadir
Namun dari sisi stok dan distribusinya, menurut H Rahman tidak ada kendala.
Setiap minggu, Rahman mendatangkan stok beras Jawa sebanyak kurang lebih satu kontainer.
Pasokan beras Jawa berbagai merek mayoritas didatangkan dari Malang dan Jember, Jawa Timur.
Sedangkan pembelian paling banyak beras Jawa di tokonya berasal dari Banjarmasin, Amuntai dan Barabai.
Dari keseluruhan beras Jawa yang dijual di tokonya, semua murni merupakan beras pabrikan dan bukan beras olahan lanjutan dari beras Bulog.
Baca: Tikungan Tusuk Sate Binuang Sangat Rawan, Pernah Ada Kecelakaan Mengerikan, Ini Ceritanya
Rahman menyebut, membeli beras Bulog lalu memrosesnya dan selanjutnya kembali dijual memerlukan proses dan waktu yang panjang.
Itu sebabnya, dia lebih memilih menjual beras pabrikan Jawa dan langsung menjualnya.
"Repot banyak prosesnya, bisa jadi justru malah tidak menguntungkan. Apalagi kualitas beras di Bulog rata-rata di bawah beras Jawa, dan memang di Banjarmasin kurang peminatnya," ungkap Rahman.
Dijelaskan dia, walaupun saat ini penjualan beras Jawa menurun karena kenaikan harga, namun secara umum konsumsi beras Jawa masyarakat Kalsel secara umum cenderung meningkat.
Bahkan, jika dibandingkan beberapa tahun lalu, komposisi penjualan beras Jawa dibanding beras lokal Banjar di tokonya meningkat mencapai 40 banding 60.
Baca: Izin Perusahaan Tak Diperpanjang, Tokoh Masyarakat Cemas Pulau Sebuku Kembali ke Zaman Dulu
Sedangkan kata Sandi, pedagang beras lainnya di Pasar Kalindo, walaupun ada kenaikan harga beras Jawa, namun harga beras lokal tidak mengalami gejolak harga berarti.
Di kiosnya harga beras jenis Unus dijual Rp 170.000 per blek atau sekitar Rp 12.000 per kilogram, beras jenis Siam dijual Rp 150.000 per blek atau Rp 10.000 per kilogram, dan yang paling murah beras jenis Ganal dijual Rp 120.000 per blek atau sekitar Rp 9.000 per kilogram.
Beras jenis Unus Mayang menjadi jenis paling laku di kedai milik Sandi.
Dalam sehari rata-rata beras jenis itu terjual hingga 50 liter beras atau sekitar 40 kilogram.