Misteri Tunggul Kuning Bagantung
Misteri Tunggul Kuning Bagantung yang 'Dikeramatkan' Warga, Begini Awal Mula Keberadaannya
Salah satu tempat dianggap keramat oleh sejumlah orang adalah tunggul kuning bagantung yang berlokasi di Kampung Banyiur
Penulis: Salmah | Editor: Elpianur Achmad
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Memasang kain kuning pada tempat-tempat yang dianggap keramat menjadi budaya masyarakat zaman dulu, yang ternyata hingga kini masih berlangsung.
Salah satu tempat dianggap keramat oleh sejumlah orang adalah tunggul kuning bagantung yang berlokasi di Kampung Banyiur Luar RT14, Kelurahan Basirih, Banjarmasin Barat.
Menuju lokasi itu bisa melalui dua jalur, yaitu melintas Jl Ampera, Teluk Tiram, Banjarmasin Tengah atau dari bawah Jembatan Lingkar Selatan, Trisakti, Banjarmasin Barat.
Tunggul kuning bagantung posisinya di tepi Sungai Banyiur, dekat jembatan setempat. Tunggul yang penuh lilitan kain kuning itu mudah dilihat saat melintas di jembatan tersebut.
Baca: Kapolda Kalsel : Kasus Jembatan Mandastana Naik ke Penyidikan, Nama Tersangka Belakangan
Dulu tunggul tersebut hanya terlihat berupa tonggak kayu dengan ciri khas kain kuningnya. Kini tunggul itu ada bangunan beratap yang melindungi seperti pendopo atau kubah dan titian menuju lokasi.
Menurut Nenek Juwita (60) warga yang tinggal dekat lokasi, memang awalnya tunggul itu hanya tonggak pengikat tali kelotok (perahu bermesin).
"Dulu di sini sungainya kecil. Lokasi tunggul itu di tepian dekat langgar (musholla) yang karena tergerus air sungai kini berganti jadi rumah bedakan dan salah satunya kami tempati," papar nenek yang memelihara tunggul kuning tersebut.
Kawasan sungai itu dulunya juga banyak ikan, jadi banyak paiwakan (penangkap ikan) yang mengikat jukung (perahu kayuh) dan kelotoknya di tunggul itu.
Seiring abrasi, sungai kemudian melebar. Tunggul terendam air dan posisinya tidak lagi di tepian tapi menjorok agak ke tengah sungai.
"Entah kapan mulanya setelah itu sering orang melilitkan ke tunggul itu. Karena belum ada titiannya, maka orang harus berjukung menuju tunggul," jelas Juwita.
Baca: Ajaib, Makam Diyakini Buyut Datu Kelampayan Ini Dikenal Warga Suka Berpindah Tempat
Pengakuan nenek Juwita, orang yang memasang kain ke tunggul kebanyakan adalah orang luar kota. Ada yang dari Martapura, Kabupaten Banjar, kawasan hulu sungai antara lain Tanjung, bahkan dari luar provinsi macam Sampit, Kalteng. Juga pernah dari Surabaya.
"Yang datang memasang kain atau kembang itu orang jauh, bukan warga sekitar. Hampir tiap hari ada saja yang datang ke sini," ujar nenek Juwita yang kerap membersihkan lokasi tersebut.
Kain kuning yang dililitkan itu kadang cukup panjang, satu orang ada yang bawa kain dengan panjang yang cukup melilit seluruh tunggul.