Gunung Merapi Meletus
Tiba-tiba Meletus, Surono: Gunung Merapi Selalu Jujur, Tak Mungkin Tanpa Memberi Tanda
Hal ini tidak diperkirakan oleh banyak pihak karena dianggap tidak ada tanda-tanda yang terlihat terkait letusan tersebut.
Peringatan dini ini, menurut Surono, bukan untuk meramalkan kapan dan seberapa besar letusan gunung api.
Melainkan, peringatan dini tersebut adalah tingkat aktivitas gunung api yang merupakan hak masyarakat untuk mengetahuinya dan harus bagaimana mengantisipasi peringatan tersebut.
Surono menganalogikan peringatan dini ini sebagai sinyal kereta.
"Kereta mau lewat aja sinyal pasti dibuka. Sinyal dibuka pasti ada kereta mau lewat, hati-hatilah," ujarnya.
"Kalau sinyalnya tidak dibuka dan keretanya tidak lewat, ya kita tidak bisa mengharapkan kereta itu lewat dan orang-orang akan minggir," imbuhnya.
"Tetapi jika sinyal keretanya tidak dibuka, ujug-ujug kereta nyelonong, saya tidak tahu apakah keretanya yang salah atau masinisnya yang salah, atau yang bikin aturan yang salah."
Inilah, menurutnya, yang perlu dipahami, sesiap apapun masyarakat menghadapi bahaya, tetapi mereka tetap berhak diberitahu tentang ancaman dan langkah antisipasi.
Surono menegaskan subyek dari mitigasi sebenarnya adalah bagaimana masyarakat secara dini mendapat informasi ancaman bahaya dan cara mengantisipasi.
Status Merapi Normal?
"Kalau gunungnya normal tapi tiba-tiba meletus, orang kan jadi takut. Ini normal beneran atau normal-normalan," kata Surono.
Menurutnya, ini masalah kepercayaan. Surono juga mengisahkan pernah mengalami kejadian semacam ini pada gunung Merapi dulu.
"Beberapa kali, statusnya ini tapi tiba-tiba meletus. Membangun kepercayaan masyarakat jauh lebih sulit daripada gunung apinya itu sendiri," katanya.
"Ingat lho, Merapi itu salah satu laboratorium alam, banyak penelitian di sana," katanya.
Menurut Surono, Merapi adalah gunung api yang dipantau dengan teknologi yang canggih.
"Mungkin tercanggih di dunia, di luar Amerika dan Jepang," katanya.