Berita Tapin
Dari Tangan Para Perempuan Desa Ini Tercipta Kopiah Jangang Berkualitas, Harganya Mencapai 1 Jutaan
KOPIAH jangang dari Kabupaten Tapin yang kini menyebar di berbagai provinsi di Indonesia memiliki tingkat kesulitan tinggi
BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - KOPIAH jangang dari Kabupaten Tapin yang kini menyebar di berbagai provinsi di Indonesia memiliki tingkat kesulitan tinggi dalam proses pembuatannya yang dibikin oleh kaum perempuan Margasari.
Memakai kopiah jangang olahan Tapin, terasa meningkatkan status sosial pemakainya.
Soalnya, proses pembuatan jangan sangat rumit.
Selain itu harga jual topi jangan mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Kopiah jangang banyak dicari-cari orang, baik untuk digunakan pada perayaan tertentu, hadiah hingga digunakan sehari-hari dalam beribadah salat.
Baca: Ucapan Selamat Ramadan 1439 H Dalam Bahasa Inggris dan Artinya
Tapi tahukan kalau kopiah jangang itu adalah olahan tangan terampil para perempuan di Desa Baringin B, Margasari Kecamatan Candi Laras Selatan (CLS), Tapin.
Proses pembuatan kopiah jangang mulai tiga hari hingga tiga minggu, tergantung kualitas jenis kopiah yang dibikin.
Semakin berkualitas kopiah yang diinginkan, semakin lama waktunya, sebab tingkat kesulitannya semakin tinggi.
Aida Rahmawati (36), perajin kopiah jangang Desa Baringin B, Margasari menuturkan, kopiah jangang yang diproduksi di desanya ada lima hingga enam tingkatan.
Baca: Begini Kehidupan Keluarga Dita, Puji dan Empat Anaknya, Pelaku Bom Bunuh Diri di Surabaya
Ada yang harganya mulai Rp 20 ribu, Rp 55 ribu, Rp 135 ribu, Rp 250 ribu, hingga Rp 500 ribu.
Bahkan, ada kopiah yang harganya Rp 1 juta.
“Untuk harga yang Rp 1 juta jarang ada orang memesan”, beber Aida, Sabtu (12/5).
Umumnya, sebut dia, masyarakat membeli kopiah jangang berharga Rp 20 hingga Rp 250 ribu.
"Sedangkan kopiah jangang seharga Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta, umumnya pesanan," jelas Fitri, suami Aida.
Menurut Fitri, perbedaan harga kopiah jangang tergantung kualitas, tingkat kesulitan, lama proses pembuatan, dan sentuhan seni pada kopiah jangang.
Waktu pembuatan kopiah itu mulai dari tiga hari hingga tiga minggu.
Lamanya waktu pembuatan tergantung kualitas kopiah yang diinginkan.
Baca: Pelaku Pengeboman di Surabaya Distributor Obat Herbal, Dikenal Santun dan Selalu Menyapa Tetangga
Banyaknya orang mencari dan membeli kopiah jangang harga standar karena bisa dijangkau masyarakat dengan berpenghasilan kecil.
Yang jelas, katanya, kopiah jangang olahan desanya kini laris manis banyak dicari orang.
Bahkan, begitu kopiah selesai dibuat, sudah ada pembelinya.
Kopiah olahan Desa Baringin, Margasari tidak hanya beredar di Kalsel, tetapi juga hingga Surabaya, Kalteng dan Kaltim.
Mayoritas para perempuan beragam usia mulai remaja, dewasa dan orang tua di Desa Baringin adalah perajin kopiah jangang.
Mereka membuat kopiah jangang secara alami, hanya mengandalkan keterampilan menganyam.
Uniknya, alat penghalus benang jangang hanya menggunakan seng bekas kaleng.
Alat itu untuk meraut jangang menjadi benang atau bahan membuat kopiah jangang.
“Bahan baku kopiah itu adalah tumbuhan jangang yang hanya ada di Kaltim dan Kalteng,” kata Aida.
Dia menyebut, harga bahan baku jangang per kilogram Rp 210 ribu.
“Dari satu kilogram jangang dapat dijadikan kopiah sekitar 8 sampai 10 buah,” ucapnya.
Aida mengaku keuntungan membuat kopiah jangang cukup lumayan. Dia bahkan telah mengkader anaknya untuk meneruskan usaha pengolahan kopiah jangang.
“Membuat kopiah jangang sudah menjadi tradisi yang sudah berlangsung empat generasi. Saya meneruskan tradisi datu saya,” bebernya.
Menurut dia, umumnya membuat kopiah jangang sebagai pekerjaan sampingan.
“Pekerjaan utama warga di sini adalah bertani,” pungkasnya.