Berita Hulu Sungai Tengah

Kisah Pengolah Kolang Kaling, Siapkan Ratusan Kilogram Per Hari, Untungnya Tak Seberapa

Bulan Ramadhan selalu membawa berkah. Termasuk bagi perajin produk olahan kolang kaling di Desa Walatung, Kecamatan Pandawan,

Penulis: Hanani | Editor: Ernawati
BANJARMASINPOST.co.id/hanani
Warga Desa Walatung, Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah yang bekerja di industri rumahan kolang kaling, sedang melepaskan buah aren dari tangkainya dengan cara memapasnya menggunakan pisau, Selasa (22/5/2018). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Bulan Ramadhan selalu membawa berkah. Termasuk bagi perajin produk olahan kolang kaling di Desa Walatung, Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah.

Sejak awal Ramadan, perajin makanan dari buah aren tersebut mengaku kebanjiran permintaan.

Produksi pun ditingkatkan dari hari biasa, yang rata-rata 100 kilogram menjadi 300 sampai 500 kilogram.

Seperti dituturkan Masniah (45), sejak awal Ramadan dia memproduksi 350 kilogram per hari.

Baca: LIVE STREAMING TVRI Thomas Cup 2018 : Marcus/Kevin Dimainkan Saat Tim Indonesia vs Thailand

Baca: Live Vidio.com! LIVE STREAMING Mitra Kukar vs PSMS Liga 1 2018 Via Vidio.com Malam Ini

Buah arennya, dipasok dari Desa Aluan, Kecamatan Batubenawa.

Untuk memproses buah aren menjadi kolong-kaling siap konsumsi itu, dia pun mempekerjakan enam orang warga setempat. Mereka membantu melepaskan buah dari tangkai, serta mencungkil satu persatu kolang-kaling yang sudah di rebus.

UNtuk melepaskan buah dari tangkai, per satu tangkainya diberi upah Rp 200.

Sedangkan mencungkil kolang kaling yang merupakan isi buah aren, dihitung Rp 300 per takar (satu takar, bekas kemasan sabun colek).

Warga Desa Walatung, Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah yang bekerja di industri rumahan kolang kaling, sedang melepaskan buah aren dari tangkainya dengan cara memapasnya menggunakan pisau, Selasa (22/5/2018).
Warga Desa Walatung, Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah yang bekerja di industri rumahan kolang kaling, sedang melepaskan buah aren dari tangkainya dengan cara memapasnya menggunakan pisau, Selasa (22/5/2018). (BANJARMASINPOST.co.id/hanani)

Masniah yang mengaku sudah puluhan tahun menggeluti usaha kolang kaling tak memasarkan sendiri, tapi dibeli oleh pengumpul, sekaligus pemodal.

“Karena modalnya pinjaman, kami pun harus menjualnya ke pemilik modal. Harganya Rp 6.500 per kilogram,” tuturnya kepada banjarmasinpost.co.id, Selasa (22/5/2018).

Dijelaskannya, keuntungan diperoleh dari usaha kolang kaling, cukup tipis, karena biaya produksinya pun lumayan besar.

Masalahnya, tak bisa dikerjakan sendiri dan harus melibatkan banyak tenaga kerja.

Di balik nikmatnya kolang kaling, para pekerja berjuang mengeluarkan biji buah aren tersebut satu persatu dengan cara mencongkel setelah buah direbus selama sekitar dua jam.

Warga Desa Walatung, Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah yang bekerja di industri rumahan kolang kaling, sedang melepaskan buah aren dari tangkainya dengan cara memapasnya menggunakan pisau, Selasa (22/5/2018).
Warga Desa Walatung, Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah yang bekerja di industri rumahan kolang kaling, sedang melepaskan buah aren dari tangkainya dengan cara memapasnya menggunakan pisau, Selasa (22/5/2018). (BANJARMASINPOST.co.id/hanani)

“Mencongkel inilah bagian dari proses yang cukup memakan waktu dan kesabaran dari pekerja,” tutur Masniah yang tak berani pinjam modal dari perbankan.

Alasannya, usaha kecilnya itu tak menjanjikan penghasilan yang jelas, sehingga takut tak bisa membayar jasa pinjaman bank.

“Kadang bisa untung, kadang rugi tenaga, karena kualitas buahnya tidak selalu bagus, jadinya harganya murah,” kata Masniah.

Di Desa Walatung, ada sekitar 10 unit usaha kolang kaling, dan saat ini pemasok terbesar di Pasar Barabai.

“Kalau punya modal sendiri dan dijual langsung, mungkin untungnya lebih maksimal. Karena tak punya modal, dari dulu kami dimodali pihak lain,” katanya.

Menurut Masniah, mata pencaharian warga, selain bertani padi, juga menyadap karet.

Mengolah kolang kaling merupakan usaha sampingan, menunggu musim tanam, dan musim panen.

Imah, perajin kolang kaling lainnya mengatakan, selama Ramadan ini, mengolah lebih 500 kilogram.

Warga Desa Walatung, Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah yang bekerja di industri rumahan kolang kaling, sedang melepaskan buah aren dari tangkainya dengan cara memapasnya menggunakan pisau, Selasa (22/5/2018).
Warga Desa Walatung, Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah yang bekerja di industri rumahan kolang kaling, sedang melepaskan buah aren dari tangkainya dengan cara memapasnya menggunakan pisau, Selasa (22/5/2018). (BANJARMASINPOST.co.id/hanani)

Adapun buah arennya di pasok dari Lampihong, Kabupaten Balangan, karena di HST tak mampu memenuhi kebutuhan permintaan pasar.

“Berapa banyak kami mengolahnya per hari, tergantung pasokan buahnya juga,” kata Imah, yang juga mempekerjakan lima tenaga kerja yang membantu proses produksi.

Seperti halnya Masniah, Imah pun dimodali pihak lain, sehingga meski tak ada perjanjian tertulis, menjualnya pun ke pemodal, yang juga pengumpul.
Meski demikian, dia juga melayani pembeli eceran di rumahnya. (banjarmasinpost.co.id/hanani)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved