Pungutan di Sekolah

Kasianto: 'Iuran Sukarela dari Orangtua Siswa Membantu Operasional SMKN 5'

Benarkah SMKN 5 menerapkan pungutan sebagai syarat untuk bisa mendapatkan ijazah? Kasianto, juru bicara SMKN 5 Banjarmasin

Editor: Eka Dinayanti
BPost Cetak
bpost 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Benarkah SMKN 5 menerapkan pungutan sebagai syarat untuk bisa mendapatkan ijazah? Kasianto, juru bicara SMKN 5 Banjarmasin, menepis soal adanya pungutan tersebut.

“Tidak ada pungutan apa pun yang diberlakukan ke orangtua siswa maupun siswa,” jelas dia.

Kalau ada pungutan, sebut dia, apa pun namanya itu baik SPP atau komite, itu konyol.

“Jadi, tak benar kami melakukan pungutan seperti yang dikeluhkan orangtua siswa,” ucapnya.

Baca: Disdik Larang Pungutan, Tapi Sekolah Ini Haruskan Siswa Bayar Rp 500 Ribu Atau Ijazah Ditahan

Selama ini, lanjut Kasianto, yang ada adalah iuran sukarela dari orangtua siswa untuk membantu operasional SMKN 5.

Dia berdalih, jika hanya mengandalkan dana BOS dan BOSDA, operasional SMKN 5 tidak akan maksimal.

Masih kata Kasianto, dari iuran sukarela itu ada satu siswa membayar Rp 50 ribu per tahun dan Rp 200 ribu per tahun, tergantung kesanggupan dan kemampuan orangtua siswa.

Baca: Dahsyatnya Pengalaman Nabi Muhammad Saat Bertemu Lailatul Qadar Malam 27 Ramadhan Sampai Begini

Jadi, tegas dia, sifatnya tak ada paksaan dalam iuran sukarela.

"Dalam iuran sukarela di SMKN 5 itu pun banyak siswa yang tidak bayar," cetusnya seraya mengatakan trahun 2018, SMKN 5 akan meluluskan ratusan siswa.

Dia berujar, sejak lahirnya Permendiknas Nomor 75/2016, tentang pungutan komite, yang melarang semua SMK melakukan pungutan SPP.

Kasianto blak-blakan mengatakan, adanya Pemendiknas itu menjadi kendala bagi pengembangan dan operasional dari seluruh SMK di Indonesia.

“Termasuk di SMKN 5 Banjarmasin," ucapnya.

Baca: Lebaran Idul Fitri 2018 - Niat Zakat Fitrah dan Cara Menghitungnya

Menghadapi kenyataan adanya keluhan orangtua siswa, Kasianto meminta sebaiknya langsung menemui Kepala SMKN 5, sehingga bisa dijadikan jalan keluarnya.

Selama ini, ujar dia, pihak sekolah sangat terbuka untuk aspirasi dari orangtua siswa.

"Di SMKN 5 ada program peningkatan manajemen mutu sekolah, untuk membuat anak-anak muncul kompetensinya. Dan, untuk menciptakan kompetensi anak didik diperlukan alat-alat dan dan bahan tambahan untuk praktik. Di situlah diperlukan iuran sukarena dari siswa," jelas Kasianto.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved