Pembangunan Sarana Olahraga
Warga Terkendala Biaya Operasional Perawatan, Begini Pemandangan Stadion Mini Banjarmasin Utara
Dari penelusuran BPost, untuk pembangunan lapangan sepakbola di kawasan Banjarmasin Selatan, Pemko Banjarmasin menggelontorkan
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Dari penelusuran BPost, untuk pembangunan lapangan sepakbola di kawasan Banjarmasin Selatan, Pemko Banjarmasin menggelontorkan dana sebesar Rp 2,26 miliar dan menggandeng Noufalindo Utama sebagai pelaksana pekerjaan.
Pantuan harian ini di kawasan HKSN RT 19 Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, sebuah tanah lapang terbentang luas di ujung jalan permukiman warga.
Di depan lahan tanah merah itu terbangun dua pintu gerbang besi.
Tampak pula dua tiang gawang saling berhadapan berjarak puluhan meter di tanah merah yang diproyeksikan menjadi stadion mini.
Baca: Begitu Popular di Masyarakat Kalsel, Benarkah Danau Seran ada Buayanya?
Hanya saja tanah lapang masih belum ditumbuhi rumput seperti umumnya lapangan sepak bola. pada umumnya.
Yang menarik, pemandangan tidak sedap terlihat di sekeliling stadion ditumbuhi tanaman liar yang tumbuh subur hampir setinggi dinding tembok pembatas lapangan sepak bola tersebut.
Sampah-sampah plastik juga berserakan di sisi garis lapangan sehingga mengurangi keindahan lapangan.
Baca: Kartika Putri Dikabarkan Menikah, Mulan Jameela Ucapkan Selamat, Kartika: Tak Mau dengan Suami Orang
Fani, salah seorang warga sekaligus penjaga stadion mini di HKSN mengungkapkan, keberadaan lapangan itu sudah hampir setahun digunakan masyarakat untuk bermain bola setiap sore.
Dia bersama beberapa warga sekitar RT 19 mendapat mandat menjaga dan mengelola lapangan itu sementara waktu, dan tidak memungut biaya kepada siapapun yang menggunakan lapangan tersebut.
"Bebas. Siapa saja bisa main. Meskipun kesannya stadion berpagar, namun tidak dikunci," ujarnya.
Baca: ILC Batal Tayang, Rocky Gerung Sebut Tekanan Istana, Mahfud MD Pilih Lakukan Ini
Soal rumput liar yang tumbuh subur di sekeliling lapangan, Fani mengaku sudah sering dipangkas dan dibersihkan.
Namun dia dan warga terkendala biaya operasional.
“Kami terpaksa harus mengeluarkan uang pribadi dan patungan untuk menalangi biaya pembersihan rumput liar itu,” ucapnya.
Fani berujar, setiap tiga bulan dia dan warga memangkas dan memberihkan rumput-tumpit liar yang tumbuh.
Tapi, katanya, “sudah dua kali pembersihan belum dibayar. Makanya, rumput biarkan saja tumbuh tinggi.”