Pilpres 2019

Ketika Prabowo Subianto Kembali Bercanda Tentang Kudeta Jelang Pilpres 2019

"Saya letnan jenderal purnawirawan, mantan Panglima Kostrad yang hampir kudeta. Tapi, kudeta enggak jadi, nyesel juga saya sekarang," ujarnya.

Editor: Rendy Nicko
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Prabowo Subianto 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kembali berbicara mengenai kudeta jelang Pilpres 2019. Bedanya, kali ini agak bernada bercanda.

Dilansir Kompas.com, candaan itu disampaikannya saat menjadi pembicara kunci dalam bedah buku karyanya yang berjudul Paradoks Indonesia di Hotel Sahid, Jakarta, Sabtu (1/9/2018).

Candaan itu berawal dari celetukan peserta yang tiba-tiba meneriakkan tag line "2019 ganti presiden".

Baca: Jadwal & Klasemen MotoGP Mizano Italia 2018 Live Trans 7, Adu Komentar Marquez dan Bos Yamaha

Celetukan itu muncul setelah Prabowo menjabarkan beragam data ihwal kesejahteraan masyarakat Indonesia yang masih harus diperbaiki.

"Karena itu kita harus..." kata Prabowo.

Ucapan Prabowo itu lantas dipotong oleh celetukan peserta diskusi. "Ganti Presiden," kata salah seorang peserta.

"Kita harus sabar," ucap Prabowo menimpali celetukan peserta.

Prabowo lantas melanjutkan pidatonya dan menyinggung soal kudeta.

Baca: Hasil Juventus vs Parma Liga Italia 2018, Cristiano Ronaldo Belum Bikin Gol

"Orang sabar itu disayang Allah SWT. Prabowo sekarang sudah sabar. Harusnya kudeta dulu. Eh, enggak-enggak ini joke," canda Prabowo lantas tertawa.

Selorohan Prabowo terkait kudeta sudah beberapa kali disampaikannya.

Desember 2012, Prabowo menyinggung soal isu kudeta itu saat menjadi pembicara dalam public lecture Soegeng Sarjadi Syndicate.

"Kalau orang dengar nama Prabowo pasti akan tergambar bekas tentara, komandan Kopassus, dan kudeta, serta kejadian 1998. Itu kan urut-urutannya," ujar Prabowo ketika itu.

Baca: Jadwal Lengkap dan Rundown Penutupan (Closing Ceremony) Asian Games 2018, Jokowi Tak Hadir

Saat itu, Prabowo mengutarakan penyesalannya tidak jadi melakukan kudeta tahun 1998.

Pernyataannya itu diucapkan Prabowo sambil berseloroh.

"Saya letnan jenderal purnawirawan, mantan Panglima Kostrad yang hampir kudeta. Tapi, kudeta enggak jadi, nyesel juga saya sekarang, ha-ha-ha...," ujarnya.

Soal kudeta juga disampaikan Prabowo saat berpidato di hadapan Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia di Jakarta, Sabtu (1/3/2014).

Baca: Jadwal & Live SCTV Penutupan (Closing Ceremony) Asian Games 2018, Siapkan 75 Ribu Tiket

Ketika itu, Prabowo mengawali ceritanya soal kritik dari sistem ekonomi neoliberal yang dianggapnya hanya akan dirasakan golongan tertentu.

Prabowo mengaku kritiknya itu kerap ditertawakan.

Banyak orang yang mempertanyakan kapasitas Prabowo bicara soal ekonomi.

Namun, dia menuturkan kritik soal sistem neoliberal ini sudah sejak 20 tahun lalu dia diskusikan.

Baca: Presiden Jokowi Pilih Nonbar Penutupan Asian Games 2018 Bareng Korban Gempa Lombok

 Bahkan, saat dirinya berpangkat mayor dan letkol. "Makanya saya mendukung adanya reformasi karena saya juga termasuk korban reformasi. Saya dituduh macam-macam. Dituduh mau mengudeta. Mau, tapi enggak kudeta. Terus terang saja di hati kecil saya, lebih bagus mau kudeta saat itu," ujar Prabowo.

Kemudian, saat menghadiri kampanye calon gubernur Jawa Barat dan wakil gubernur Jawa Barat Sudrajat dan Ahmad Syaikhu.

Saat itu, Prabowo berseloroh menyesal tak jadi melakukan kudeta sebab prihatin dengan kondisi Indonesia saat ini.

"Terus terang saja. Ini boleh terus terang enggak? Terus terang saja dalam hati nyesel juga gue enggak kudeta dulu. Lihat negara kaya begini sekarang. Tapi saya buktikan bahwa saya percaya kepada demokrasi. Saya percaya pada UUD 1945," lanjut Prabowo lantas disambut tepuk tangan para peserta kampanye yang hadir.

Prabowo yang merupakan menantu Presiden ke-2 RI Soeharto itu sempat diisukan akan melakukan kudeta terhadap Presiden ke-3 RI BJ Habibie.

Di dalam buku Detik-detik yang Menentukan karya BJ Habibie diceritakan bagaimana Prabowo sempat meminta bertemu Habibie yang ketika itu menjadi presiden setelah Soeharto mundur.

Pertemuan akhirnya dilakukan pada 22 Mei 1998 di Istana Negara.

Di dalam pertemuan itu, Habibie akhirnya memecat Prabowo dari posisinya sebagai Pangkostrad.

Prabowo dikabarkan sempat tidak terima akan keputusan Habibie.

Namun, Habibie tetap bertahan dengan alasan adanya pergerakan pasukan TNI AD masuk ke arah Kuningan dan menuju Istana Negara.

Prabowo berdalih bahwa itu untuk mengamankan presiden.

Namun, Habibie tidak lantas percaya dan tetap pada keputusannya mencopot Prabowo. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Prabowo Kembali Bercanda Soal Kudeta

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved