Berita Hulu Sungai Tengah
Seniman Banua Ungkapkan Kegelisahan atas Ancaman Terhadap Perambahan Meratus untuk Penambangan
Sejumlah seniman Banua, berkumpul di halaman Balai Rakyat Barabai, Hulu Sungai Tengah, Jumat malam, 14 September 2018
Penulis: Hanani | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Sejumlah seniman Banua, berkumpul di halaman Balai Rakyat Barabai, Hulu Sungai Tengah, Jumat malam, 14 September 2018 dalam kegiatan Malam Puisi Meratus, dalam rangka peringatan hari puisi se-Kalsel bertema "Menyelamatkan Meratus, Menafaskan Kehidupan".
Kegiatan yang dihelat Dewan Kesenian Daerah (DKD) HST itupun, menjadi ajang para seniman mengungkapkan kegelisahan lewat puisi, musikalisasi puisi, teatrikalisasi puisi serta Film Dokumentar dari Walhi Kalsel.
Lewat karya seni sastra tersebut, mereka menyampaikan kekhawatiran terhadap kelangsungan hutan di pegunungan meratus, yang terancam dirambah pertambangan, selama izin PKP2B pemerintah pusat belum dicabut Menteri ESDM, dimana masyarakat HST didukung Walhi Kalsel dan Pemkab HST saat ini berjuang mempertahankan Meratus di Pengadilan PTUN Jakarta.
Baca: Sekali Sakit Berat Badan Pretty Asmara Turun 30 Kg, Ini 5 Fakta Kondisi Terkini Sang Aktris
Seperti diungkapkan seniman sepuh, Kaspul Anwan Karie (78), yang turut hadir.
Meski berjalan tertatih saat naik ke panggung, Kaspul dengan suara cukup lantang masih bisa meneriakkan kegelisahannya dalam puisi yang berjudul Ketuk Palu Dari Langit, dan Engkau Meratusku, puisi yang menurut Kaspul dibuat secara spontan, saat panitia mengundangnya dan meminta berpartisipasi.
"Bertemu dengan seniman se-Kalsel, membuat semangat untuk berkarya lagi," katanya.
Sedangkan Ali Syamsudin, sastrawan dari Banjarbaru, yang membawakan puisi Kabar Anak Bukit mengungkapkan, jika bicara tetang alam Kalsel, dia sudah lama ingin menyuarakannya.
Baca: Istri Sule Lina Diduga Berselingkuh, Ini Sumpah Sule Selama Berumahtangga
Tapi ruang untuk itu tak ada.
"Saya berharap agenda seperti ini terus ada. Sekarang beberapa daerah, alamnya sudah "terbongkar". Balangan, dan HSS, bukan tak mungkin juga HST. Betapa sakit jika membayangkan,kehancuran alam di Banua Anam dan hanya tinggal catatan sejarah. Penulis hanya sebatas menulis, tapi semangatnya bisa menggerakkan," papar Syamsudin.
Selain Syamsudin, sastrawan lainnya yang ikut membacakan puisi bertema Meratus, antara lain Nailia Nikmah dari Banjarmasin, dengan judul puisi Rawi Meratus, Helwati Najwa dari Kotabaru, Fahmi Wahid dari Balangan.
Sekda HST HM Tamzil dan Kadinsos HST HM Yusuf juga ikut berpartisipasi membacakan puisinya.
Baca: Lho Ada Apa? Kok Chicco Jerikho Ikut Kelas Persalinan, Ternyata Putri Marino Marasakan Ini
Sebelumnya, dilakukan pemutaran visualisasi film puisi Lelaki di Batas Pandang, Tembang Anak Hulu", oleh Sanggar SMKN 2 Barabai dan Batubenawa, dilanjutkan Japin Bakisah (carita) oleh Sanggar Batubenawa, dengan judul Gang Kariwaya, dilanjutkan Musikalisasi dan PuisiTeatrikal puisi oleh Sanggar Buluh Merindu, karya Rezki MA Atmanegara.
Adapula tarung puisi oleh DKD HST, dimana puisi dibacakan secara berduet dengan judul berbeda.
Ketua Panitia Pelaksana, Mazrus menjelaskan, puisi selama berabad-abad mampu mengomunikasikan nilai-nilai terdalam dari beragam budaya dan pemikiran.
Apa yang tertuang dalam puisi merupakan energi untuk mengungkapkan semangat, kreativitas dan pikiran manusia.
"Ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan, hingga peliknya perbedaan, puisi terbukti mampu menyatukan semuanya. Dalam konteks komunikasi puisi inilah, DKD HST merayakan hari puisi sebagai kebangkitan semangat berkesenian dan bersastra di Bumi Murakata, yang kemudian diselaraskan denganm visi misi menyelamatkan. Meratus dari berbagai ancaman eksploitasi," kata Masruz.
(banjarmasinpost.co.id/hanani)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/penampilan-rezky-dan-sanggar_20180915_145354.jpg)