Wisata Hulu Sungai Tengah

Di Awang Landas HST, Bisa Menyusuri Rawa Menjelang Sunset dan Lihat Kerbau Rawa Naik Kalang

Anak Desa Sungaibuluh, di Kecamatan Labuanamas Utara, Hulu Sungai Tengah tersebut, punya kehidupan unik.

Penulis: Hanani | Editor: Didik Triomarsidi
Istimewa
Suasana desa Awanglandas sore hari. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI- Kabupaten Hulu Sungai Tengah, tak hanya memiliki wilayah pegunungan dengan segala sungai jernih, jeram dan air terjunnya.

Tapi juga memiliki daerah perairan rawa-rawa dengan segala keunikan kehidupan masyarakatnya di atas air. Salah satu yang kini menarik perhatian para pencinta wisata alam adalah Awang Landas.

Anak Desa Sungaibuluh, di Kecamatan Labuanamas Utara, Hulu Sungai Tengah tersebut, punya kehidupan unik. Puluhan tahun mereka hidup di atas air, dengan membangun rumah lanting.

Rumah dari kayu, yang diikatkan pada lanting bambu. Untuk saling terhubung dari satu rumah ke rumah lain menggunakan jukung. Sebagian dibangun titian.

Anak desa tersebut menjadi salah satu desa terpencil yang pendudukanya hidup dari menangkap ikan, dan beternak itik.

Baca: SEDANG BERLANGSUNG! Live Streaming Indosiar Persib vs Persija di Liga 1 2018, Ini Link Indosiar

Baca: LIVE STREAMING Trans7 MotoGP Aragon 2018 - Link Live Streaming Trans 7 Mulai Pukul 17.00 WIB

Baca: Kawasan Wisata Tahura Terbakar, Heli Pun Diturunkan Hujani Air

Naik kelotok menuju Desa Awanglandas
Naik kelotok menuju Desa Awanglandas (Istimewa)

Saat Bajarmasinpost.co.id mengunjungi desa tersebut beberapa waktu lalu, dengan menumpang perahu kecil milik warga Desa Mantaas bernama Sabri.

Untuk sampai ke desa tersebut, memang belum ada sarana transportasi khusus.

Hanya berupa perahu bermesin tempel, dengan kapasitas empat orang sama motoris. Perahu tersebut bisa dicarter dengan tarif Rp 60 ribu, diantar sampai kembali pulang.

Tak hanya melihat kehidupan unik warga Awang Landas. Di perjalanan, pengunjung juga bisa menyusuri perairan rawa-rawa menuju lokasi dan akan menemukan banyak objek menarik.

Jika berkunjungnya pagi hari, bisa melihat para pengembala dari Desa Sungaibuluh dan mantas melepas kerbau-kerbau rawanya dari kalang (kandang kerbau rawa) dan sekelompok kerbau rawa berenang. Juga melihat burung belilbis dan burung bangau yang beterbangan. Kadang hinggap di lanting depan rumah warga, dan di kalang kerbau.

Baca: Legenda Bulutangkis Lee Chong Wei Terkena Kanker Hidung, Begini Ungkapan Taufik Hidayat

Rombongan kerbau rawa naik ke kalang (kandang)
Rombongan kerbau rawa naik ke kalang (kandang) (Istimewa)

“Jika berkunjungnya sore, pemandangan lebih eksotis. Selain melihat konvoi kerbau rawa pulang ke kalang, juga berbagai jenis burung yang hingga di lanting,”kata Ahmad Royani, yang bersama teman-temannya Bartman Barabai mengaku punya pengalaman baru terhadap wisata air di Bumi Murakata.

Menurut Royani, tempat tersebut sangat layak dikunjungi para fotografer maupun mereka yang senang kehidupan alami.

Berkunjung sore, kata Royani juga memungkinkan wisatawan menemukan sunset yang indah dimana cahaya matahari yang mulai tenggelam berpendar ke air rawa yang tenang.

“Tentunya sepanjang jalan, kita juga berpapasan dengan perahu nelayan penangkap ikan,”katanya. Bagaimana cara berwisata air ke Awang Landas?

Dari Barabai, Kota Kabupaten HST, menuju Desa Sungaibuluh, lalu ke Desa Mantaas, waktu tempuh sekitar 40 menit.

Bisa naik sepeda motor, atau mobil, tapi disarankan menggunakan sepeda motor, karena kalau naik mobil bakal kesulitan parkir karena jalannya sempit, kanan kirinya perairan rawa. Kalaupun naik mobil, bisa diparkir di simpang tiga Sungaibuluh.

Selanjutnya naik ojek ke Mantaas.Di Desa Mantaas, bisa bertanya dengan warga setempat jasa perahu kelotok. Biasanya ada saja warga yang bersedia mengantarkan, dengan tarif terjangkau, Rp 60 ribu, pulang pergi.

Baca: Hasil MotoGP Aragon 2018 - Andrea Iannone Tercepat, Rossi Masuk 5 Besar dalam Sesi Pemanasan

Suasana desa Awanglandas sore hari.
Suasana desa Awanglandas sore hari. (Istimewa)

Perjalanan menyusuri perairan rawa dari desa Mantaas hingga ke Awang Landas, sekitar 30 sampai 40 menitan, tergantung kecepatan perahunya.

Fahmi, pencinta wisata alam lainnya menyarankan, karena tak ada safety saat naik kelotok, pengujung yang tak bisa berenang, sebaiknya membawa pelampung. Karena di perairan rawa tersebut rawan angin kencang yang bisa saja membuat perahu kecil terbalik.

“Jadi utamakan keselamatan juga,”katanya. Sedangkan Mukhtar, motoris kelotok mengatakan, berkunjung ke kawasan perairan rawa Desa Mantaas-Awang Landas, lebih menarik lagi saat musim air dalam, karena akan seperti mengarungi lautan air. Tertarik? (banjarmasinpost.co.id/hanani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved