Pakan Ternak Langka
Kenaikan Pakan Tak Berpengaruh pada Peternak Plasma, Begini Sistemnya
SEMBARI duduk di dalam kandang ayam miliknya, Junaidi Abdullah bersantai bersama beberapa temannya, warga Mandiangin Barat
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - SEMBARI duduk di dalam kandang ayam miliknya, Junaidi Abdullah bersantai bersama beberapa temannya, warga Mandiangin Barat, RT 2, Kabupaten Banjar, mengawasi anak-anak ayam peliharaannya.
Ayam-ayam itu diberi makan pakan olahan pabrik.
Sebagai peternak ayam, Junaidi mengaku menggunakan sistem plasma.
Dia hanya menyiapkan perlengkapan kandang ayam, sementara ayamnya didapat dari perusahaan penyuplai yang juga menyediakan pakan.
Baca: Putra Sandra Dewi, Raphael Moeis Dibilang Mirip Aktor Korea, Kim Bum, Masa Sih?
Junaidi mengaku telah kontrak selama satu tahun dengan perusahaan.
Itu sebabnya, Junaidi mengaku tak merasa terpengaruh dengan dengan langkanya jagung sebagai pakan terhadap usaha ternaknya.
Namun tidak menutup kemungkinan juga ketika putus kontrak, saat melanjutkan lagi, harga pakan bisa naik tinggi.
Baca: Curahan Hati Inul Daratista untuk Orang Besar yang 15 Tahun Membuatnya Sakit Hati
"Kalau saat ini harganya masih sama. Karena kami kontrak dengan perusahaan. Selama satu tahun, kami selalu dapat 200 sak pakan setiap panen," ucap Junaidi, Kamis (27/9).
Dia menyebut, rata-rata peternak ayam di Mandiangin bekerjasama dengan perusahaan.
Namun masing-masing perusahaan menerapkan sistem kontrak yang berbeda.
Seperti pupuk, harga ayam sudah merupakan harga kontrak. Sehingga tidak begitu berpengaruh pada pemasaran daging.
Baca: Acap Lemot Saat Akses sscn.bkn.go.id? BKN Umumkan Waktu Tepat Daftar CPNS 2018 Secara Online
Namun ketika ketika harga ayam melambung tinggi, pihaknya juga mendapatkan persenan atau bonus dari perusahaan.
“Biasanya bonus itu bisa mencapai 30 sampai 40 persen,” ungkap Junaidi.
Saat ini, sebut dia, harga kontrak pakan per tahun yakni 412.500 persak.
Sedangkan dalam satu tahun dia panen hingga enam kali.
Untuk bibit biasanya dia dapat sekitar 4.000 ekor, dan ketika panen biasa mencapai 3.700 ekor.
“Kaena memang pemeliharaan bisa saja ayam mati, sakit serta tidak mau tumbuh besar,” urainya.