Berita HST
Pedagang Es Keliling dari Pamangkih Seberang HST, Setiap Hari Kayuh Puluhan Km Demi Biaya Hidup
Dia berkeliling kampung-kampung di wilayah Kecamatan Labuanamas Utara, Kecamatan Pandawan. Bahkan sampai ke Pajukungan Barabai.
Penulis: Hanani | Editor: Elpianur Achmad
BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Berjalan dengan langkah tertath-tatih. M Khusairi (68) menuju samping rumahnya untuk mengambil sepeda tua. Sebuah kotak kayu dengan cat kuning yang dipanggulnya, kemudian diletakkan di ancak sepeda, bagian belakang.
Kotak dengan ukuran sekitar 30x50 sentimeter tersebut berisi sirup gula putih dalam toples. Barang lainnya, satu toples ceres (toping untuk es),alat serut, serta cairan vanili penyedap serta termos es batu. Juga ada sendok plastik, centong serta gelas plastik.
Setelah memastikakan kotak tersebut terpasang dengan baik di ancak sepeda, M Khusairi mengayuh sepedanya. Dia berkeliling kampung-kampung di wilayah Kecamatan Labuanamas Utara, Kecamatan Pandawan. Bahkan sampai ke Pajukungan Barabai. Warga Desa Pamangkih Seberang, Kecamatan Labuanamas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah itu, sudah puluhan tahu menjadi pedagang es serut keliling.
Target sasarannya, adalah anak-anak TK dan SD, yang doyan minum es. Untuk memasarkan es buatannya itu, Khusairi pun harus pindah-pindah tempat. “Kadang dalam sehari bisa mendatangi lebih lima sekolah. Soalnya kalau satu tempat saja, paling laku satu sampai empat gelas es,”katanya, ditemui BPost di rumah gubuknya, Jumat (5/9/2018). Diakui, pembeli es serut yang dijajakannya sebagian besarnya adalah anak-anak.
Baca: Ramai Soal Hoax Ratna Sarumpaet, Ustadz Abdul Somad Beberkan Hukum Operasi Plastik
Baca: Formasi CPNS 2018 Menghilang di Link sscn.bkn.go.id, Pelamar Pendaftaran CPNS 2018 Resah, BKN?
Ayah tiga anak yang kini hidup sebatang kara itu, memulai aktivitas berjualan esnya tiap hari pukul 07.00 wita. Sampai pukul 15.00 atau 16.00 wita, dia kembali ke rumahnya. Dari hasil berjualan es, Khusairi mengaku paling banyak membawa pulang keuntungan maksimal Rp 15.000 sampai Rp 20 ribu. “Itu kalau cuaca panas. Kalau cuaca hujan, dia sering pulang dengan ‘tangan kosong’.
“Pernah dua hari berturut-turut jualan saya tak laku, akhirnya terpaksa ngutang ke orang di kampung saya untuk makan,”tuturnya. Khusairi mengaku berjualan es sejak tahun 80-an. Mulai berjualan es balok. Pernah pula mencoba usaha lain, seperti berjualan daun pisang. Berjualan es di zaman sekarang, diakuinya sangat sulit. Harus bersaing dengan pedagang es lain.

Tentunya pedagang es lain dengan modal yang lebih kuat, bisa membuat es modern. Es serut buatan Khusairi sangat sederhana. Bahannya, gula putih yang dibikin sirup merah untuk menyiram es yang sudah diserut. Kemudian dikasih topping ceries, satu gelasnya, Rp 1000. Adapun modalnya, sekitar Rp 25.000. Untuk es batunya, kakek tersebut membeli dari warga di kampungnya yang memiliki lemari es.
Sedangkan untuk sirup, dia membuat sendiri, karena caranya cukup sedehana. Cukup dengan merebus air lalu menambahkan gula dan menyedap rasa minuman, yaitu vanili. Khusairi mengaku tak punya keahlian lain selain membuat es. Pernah pula saat musim hujan, dia berjualan kacang rebus. Namun, menurutnya tak begitu laku, dan sering kacangnya dibawa pulang.
Baca: Jadwal Live Indosiar & Prediksi Susunan Pemain Arema FC vs Persebaya Liga 1 Pekan 24
Baca: Jadwal Siaran Langsung (Live) RCTI Liga Inggris Pekan 8 Malam ini : Manchester United vs Newcastle
Khusairi sendiri tergolong warga tak mampu. Dia tinggal di sebuah rumah tua yang lantai dan dindingnya dari kayu yang sudah lapuk. Atap rumahnya pun dari daun rumbia. Sebagian besar dinding dan lantainya sudah bolong-bolong. Tak ada WC di rumah tua itu. Aktivitas MCK, dia lakukan di sungai belakang rumah, yang jaraknya sekitar 200 meter.
Di dalam rumahnya, hanya ada peralatanmembuat es, tilam dan kelambu lusuh, serta beberapa potong pakaian di gantung di jemuran dalam rumah. Juga sebuah cerek untuk merebus air. Merebus air dan memasak nasi, dilakukan Khusairi di halaman rumahnya. Selain tak memiliki peralatan dapur, kondisi bagian belakang rumah, sudah lapuk tak bisa diinjak lagi.
“Saya memasak cuma satu kali sehari, di tungku halaman rumah. Untuk sarapan pagi cuma dua biji kue dan kopi. Makan siang kadang di warung pas di tengah perjalanan sambil jualan.Makan malam, baru di rumah,”tuturnya. Dijelaskan, dua tahun lalu Khusairi masih tinggal berdua dengan saudarara perempuannya. Namun, meningal dunia sehingga tinggallah dia sendiri.
M Khusairi dan alat serut es miliknya.
Tiga anaknya, semuanya merantau. Ada yang ke Kaltim, ada pula yang ke Kalteng, Muaratewe.Di perantauan, anak-anaknya juga berjualan, dan jarang sekali pulang kampung. Khusairi tak bisa berkomunikasi dengan anak-anaknya, karena tak memiliki telepon genggam. “Saya ikhlaskan saja anak-anak yang masing-masing sudah punya keluarga. Yang penting hidup mereka tenang dan sudah lebih baik sari saya,”katanya.
Baca: Ikuti Langkah BKN Untuk Temukan Formasi CPNS 2018 di Pendaftaran Sscn.bkn.go.id yang Hilang
Baca: Ustadz Abdul Somad Sentil Suap Seleksi CPNS, Cek Pelamar Link sscn.bkn.go.id Pendaftaran CPNS 2018
Bagi Khusairi, meski usianya sudah kian uzur, selama kakinya masih kuat berdiri, dia tetap berupaya mencari nafkah, untuk menghidupi diri sendiri. “Pantang bagi saya mengemis, selama masih bisa berdiri tegak, dan mengayuh sepeda, yang sehari-hari menemani perjalanan hidup saya,”kata Khusairi. Kini, untuk bertahan hidup, tiap hari Khusairi mengayuh sepeda minimal 10 kilometer sehari, untuk menjajakan es serutnya.
Kepala Desa Pamangkih Seberang, Bambang Hermawan mengatakan, Khusairi merupakan salah satu warga yang tahun ini mendapatkan program bedah rumah, dari pemerintah kabupaten, atas usulan pemerintahan desa. “Alhamdulillah, warga kami ini salah satu rumahnya yangakan diperbaiki melalui bedah rumah dana APBD HST,”kata Bambang.
Sebelumnya, salah satu komunitas peduli dhuafa, anak Yatim dan kegiatan membantu fasilitas ibadah,yang menamakan Sahabat Berbagi, memberikan bantuan berupa uang tunai kepada kakek tersebut, untuk menambah permodalah sang kakek. “Kami mengetahui dan mengenal kakek ini karena sering menemukannya mangkal di sekolah-sekolah,”kata Fani, Ketua Saber HST. (banjarmasinpost.co.id/hanani)