Eksistensi Tradisi Bahalarat di Batola
Saat Digelar Tradisi Bahalarat Sering Terjadi Kericuhan, Rupanya Karena Hal Ini
Saat Digelar Tradisi Bahalarat Sering Terjadi Kericuhan, Rupanya Karena Hal Ini
Penulis: Edi Nugroho | Editor: Rendy Nicko
BANJARMASINPOTS.CO.ID, MARABAHAN - Jangan heran, saat saat warga Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan, Kabupaten Batola menggelar tradisi bahalarat sering terjadi kericuhan.
Sebab, puluhan anak-anak memperebutkan intalu bedadar di atas lakatan hingga air minum untuk orangtua sering terbalik.
“Namanya anak-anak lari kencang. Kadang banyak air minum terbalik ditabrak anak-anak saat berebut intalu bedadar di atas lakatan. Tapi biasanya namanya juga anak-anak.
Kami senang melihat anak-anak seperti itu. Merekalah nanti yang mewarisi tradisi bahalarat saat kami sudah meninggal,” ujar Sarfin (60) warga Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan, Kabupaten Batola, Jumat (8/3/2019).
Baca: Rina Nose Blak-blakan Soal Penyebabnya Lepas Hijab ke Nia Ramadhani dan Jessica Iskandar
Baca: Jadwal Debat Ketiga Pilpres 2019, Persiapan Cawapres KH Maruf Amin dan Sandiaga Uno, Live RCTI
Baca: Jadwal MotoGP Qatar 2019 Live Trans 7, Dukungan Valentino Rossi & Vinales untuk Jorge Lorenzo
Baca: LINK live streaming PSS Sleman vs Borneo FC di Piala Presiden Jumat (8/3/2019), Live Indosiar
Menurut Sarfin, selama ini padi yang ditanam dan diberi doa dengan tradisi bahalarat yakni jenis siam, karang dukuh, lukut hingga mutia. Padi-padi itu jenis padi yang nyaman untuk dimakan dan jenis baik terbaik di Kabupaten Batola.
Dijelaskannya, daerah lain yang masih kental menggelar tradisi bahalarat, yakni sejumlah desa bakumpai, falinkau, banitan, dan desa bagus. Warga yang tidak menggelar tradisisi bahalarat, biasanya warga Kompleks perumahan atau warga pendatang.
(banjarmasinpost.co.id/edi nugroho)
