Berita Kesehatan

Perlu Diperhatikan, Kebiasaan Gigit Kuku Ternyata Picu Banyak Masalah Kesehatan

Kebiasaan mengigit kuku atau dalam bahasa medis disebut onychophagia. Hal ini telah mempengaruhi sekitar 20-30 persen populasi dunia.

Editor: Didik Triomarsidi
Thinkstock/AndreyPopov
Ilustrasi menggigit kuku 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Kebiasaan mengigit kuku atau dalam bahasa medis disebut onychophagia. Hal ini telah mempengaruhi sekitar 20-30 persen populasi dunia.

Biasanya, orang mengigit kuku karena memiliki sifat perfeksionisme, stres kegelisahan, gangguan obsesif kompulsif atau sekadar bosan.

Kebiasaan semacam ini memang nampak tidak berbahaya. Namun, jangan salah. Kebiasaan ini bisa memicu infeksi bakteri atau jamur masuk ke dalam tubuh dan aliran darah.

Menurut Mayo Clinic, menggigit kuku dapat meningkatkan risiko untuk tertular pilek atau flu.

Pakar dermatologi Raman Madan mengatakan, menggigit kuku memang terlihat sepele, namun bisa memiliki konsekuensi jangka panjang.

Baca: Setelah Tabrak Pagar Wisma Atlet Kemayoran, Sopir Ini Tinggalkan Begitu Saja Mobil Mewahnya

Baca: Kalahkan Video Luna Maya, Faisal & Ariel Noah, Salon Terburuk di Kota Gadis Ini Trending Youtube

Baca: Sopir Ngantuk Bus Brimob Bawa 14 Bhayangkari Tabrak Truk di Jalan Tol, 1 Korban di Bus Polisi Tewas

"Masalah utamanya adalah ada banyak kuman di bawah kuku," ucap dia.

Riset menunjukkan, mereka yang hobi menggigit kuku memiliki E. Coli, bakteri yang dapat menyebabkan masalah lambung dan banyak masalah kesehatan lainnya.

"Dalam air liur mereka juga terdapat tiga kali lipat bakteri E.Coli, daripada mereka yang tidak memiliki kebiasaan semacam ini," ungkap dia.

Jika kita pernah melakukan manikur, kita pasti akan menyadari kotoran yang diambil dari bawah kuku.

Itu hanya bagian yang bisa terlihat oleh mata, belum bakteri-bakteri atau kotoran yang tak terjangkau oleh indera penglihatan.

Patogen yang paling umum bersembunyi di bawah kuku kita adalah bakteri staphylococcus, strep, dan coryneform.

Bakteri tersebut dapat masuk ke tubuh melalui luka di kulit atau dari menelannya setelah menggigit kuku.

Selain itu, jaringan kuku kita juga terdapat jamur dermatofit, yang dikenal sebagai kurap.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, lebih dari 200 virus flu menyebar di setiap waktu.

Memang, salah satu penyebab flu adalah sistem kekebalan tubuh yang lemah atau karena kontaminasi silang dari seseorang yang telah mengalaminya.

Namun, kita dapat secara signifikan mengurangi peluang terkena virus flu dengan menghindari kebiasaan menggigit kutu.

Virus yang menyebabkan flu juga berkembang di kulit, jadi sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.

Kabar baiknya, kita bisa mencegah gigitan kuku dengan mengunyah permen karet. Sebab, menggigit kuku juga bisa merusak gigi dan gusi.

Akademi Kedokteran Gigi Umum telah mengklaim menggigit kuku dapat merusak, mengikis, atau merusak gigi depan, dan juga berpotensi menyebabkan sakit gusi dan kerusakan jaringan gusi.

Sebaiknya, kita memeriksakan gigi kepada dokter jika ingin menggunakan pelindng mulut untuk menghentikan kebiasaan menggigit kuku atau meminimalisasi beberapa kerusakan yang diakibatkannya.

Tentu saja, menggigit kuku bisa memindahkan bakteri dari tangan ke mulut.

Tapi, jika kita menggigitnya sampai ada luka dan kuku jari terbuka, hal ini bisa menyebabkan lebih banyak masalah kesehatan.

"Ada suatu kondisi yang disebut paronychia kronis yang merupakan jenis infeksi yang terjadi ketika ada luka dan bukaan pada kuku Anda," kata Madan.

Madan juga menyebut, menggigit kuku bisa menyebabkan kerusakan permanen jika kita menggigit terlalu jauh dan melukai pelat kuku.

Ini mencegah kuku tumbuh dengan benar dan dapat menyebabkan kuku tumbuh ke dalam atau rusak.

Hai Guys! Berita ini ada juga di KOMPAS.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved