Anak Berkebutuhan Khusus
Arin dan Ghaida Memang Bukan Anak Normal tapi Jangan Remehkan Prestasi ABK ini
Tak ada sikap canggung atau gugup diperlihatkan Arin Bima Prasetya, anak berkebutuhan khusus (ABK), saat tampil pada Musyawarah Kerja Pengawasan
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Tak ada sikap canggung atau gugup diperlihatkan Arin Bima Prasetya, anak berkebutuhan khusus (ABK), saat tampil pada Musyawarah Kerja Pengawasan Sekolah dan kunjungan 29 Wali Kota seluruh Indonesia di SMPN 14 Banjarmasin beberapa waktu lalu.
Siswa kelas VIII itu dengan lantang dan lancar membacakan puisi hingga membuat kagum tamu termasuk Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina.
"Saya tak gugup dan malah sangat bangga bisa tampil membacakan puisi di depan wali kota se Indonesia," kata penyandang autis tersebut, Rabu (1/1).
Siswa inklusi SMPN 14 Banjarmasin lainnya, Ghaida Khaliza, juga tak kalah hebat.
• Sosok Sri Wahyuni, Calon Menantu Cristiano Ronaldo, Cek Foto Penampakan Gadis yang Dilamar Martunis
• Perempuan Dibenci Nagita Slavina Saat Istri Raffi Ahmad Itu Hamil, Bukan Ayu Ting Ting & Yuni Shara!
• Begini Kisah Dokter Muda Asal Kalsel Saat Terjun Jadi Relawan Ketika Bencana Gempa Lombok
Dia mampu meraih lima tropi dari lomba melukis.
Terakhir dia meraih juara pertama lomba melukis yang dilaksanakan MGMP Art Festival se Kota Banjarmasin.
"Saya sangat senang bisa meraih prestasi dan tak kalah bersaing dengan siswa reguler," ungkap siswa kelas VIII F yang menderita tunarungu ini.
Arin dan Ghaida hanya sebagian kecil contoh anak berkebutuhan khusus yang bisa berpretasi di sekolah umum.
Aristo Andyono, orangtua Arin, mengaku sangat mendukung diterimanya anak inklusi di sekolah umum.
"Ini sangat baik dan membantu perkembangan dan interaksi anak saya," tandasnya.
Ditambahkan karyawan Avia Cargo ini, anaknya sering berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.
Guru sering meminta Arin mewakili sekolah untuk sejumlah lomba.
Aristo pun berharap di Banjarmasin semakin banyak sekolah inklusi guna perkembangan ABK.
Juga semakin banyak guru untuk anak inklusi.
"Seharusnya di sekolah ada psikolog agar wali murid dan guru bisa mengetahui perkembangan dan minat ABK. Minimal bisa berkonsultasi tiap bulan atau tiga bulan sekali," katanya.
Tak kalah pentingnya, lanjut Aristo, pemerintah memperhatikan status dan kesejahteraan guru pendamping murid ABK.
"Pekerjaan mereka lebih berat dibanding guru reguler," tegasnya.