Berita Kabupaten Banjar
Balita Jeune Syndrom Mataraman Urung Pulang, ini Penyebabnya
Meski telah sekitar dua tahun menjalani penanganan dan perawatan intensif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, namun kesehatan Muhammad
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Meski telah sekitar dua tahun menjalani penanganan dan perawatan intensif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, namun kesehatan Muhammad Alfatih (24 bulan) itu masih belum stabil.
Bahkan pada pertengahan Desember 2019 lalu, fisik balita pengidap jeune syndrome ini kembali drop.
Balita anak warga Mataraman Kabupaten Banjar itu kembali menjalani perawwtan di RSCM.
Sejak 14 Februari 2019 lalu, Fatih mulai menjalani rawat jalan.
Pemkab Banjar menyediakan tempat inap di kantor perwakilan Kabupaten Banjar di Jalan Tebetdarat, Dalamraya, Jakarta.
Bahkan Dinas Kesehatan Banjar telah menyiapkan semua fasilitas yang diperlukan di Martapura guna melakukan penanganan ketika Alfatih pulang.
• Panggilan Khusus Gading Marten dari Juria Hartmans Saat Mantan Gisella Anastasia Liburan Bareng
• Rayuan Zaskia Gotik ke Kriss Hatta, Setelah Mantan Vicky Prasetyo Curhat Ingin Nikah
• Pernikahan Luna Maya Berlangsung Tahun Ini Diramalkan Terjadi, Unggahan Ryochin soal Camer Disorot
Semula balita ini dijadwalkan pulang ke Martapura, bulan lalu.
"Kita sudah siapkan semuanya, mulai dari tempat inap sementara di Martapura hingga tenaga medis yang akan melakukan penanganan. Bahkan ibunda ananda Alfatih juga sudah berkemas, eh mendadak kesehatannya drop dan masuk RSCM lagi," ucap Kepala Dinkes Banjar Ikhwansyah, Sabtu (04/01/2019).
Dikatakannya, kini balita itu kembali terus menerua menggunakan ventilator (alat bantu bernapas).
Padahal sebelumnya sejak mulai menjalani rawat inap, Alfatih mulai bisa tak selalu bergantung ventilator.
"Kemarin-kemarin kan sudah bisa tanpa ventilator meski hanya sekitar 15-20 menit. Ini sejak drop lagi, gak bisa lepas dari ventilator," sebut Ikhwansyah.
Dikatakannya, saat ini Alfatih memang telah kembali rawat jalan di kantor.
Namun pihaknya tak berani membawa pulang balita tersebut mengingat kondisi kesehatan bocah tersebut yang masih belum stabil.
"Kalau fisiknya, wah tampak sehat bugar dan juga tetap gemuk. Tapi, kesehatannya masih naik turun. Kita risau terjadi apa-apa jika dibawa pulang. Jadi sekarang ya menunggu petunjuk tim medis RSCM. Yang jelas saat ini masih perlu penanganan intensif," pungkasnya.
Seperti telah dirilis banjarmasinpost.co.id, Alfatih mulai mejalani penanganan medis secara intensif di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangun Kusumo (RSCM) sejak 20 Mei 2018 lalu, didampingi sang ibu, Rifqi Diniati.
Kemudian sejak 14 Februari 2019 mulai menjalani rawat jalan di kantor perwakilan Kabupaten Banjar di Jakarta di Jalan Tebet Darat, Dalamraya, Jakarta.
Selama menjalani perawatan di kantor perwakilan Alfatih masih memerlukan sejumlah bahan dan alat habis pakai (BAHP).
Sesuai rincian kebutuhan yang disampaikan pihak RSCM, total biaya BAHP per bulannya sekitar Rp16-20 juta.
Muhammad Al Fatih adalah bayi pertama di Indonesia, bahkan satu-satunya kasus di Asia Tenggara, yang terdiagnosis mengidap jeune syndrome.
Ini merupakan kelainan tulang dada yang sempit, sehingga paru-paru tidak mengembang.
Jika bernapas harus mengerahkan seluruh tenaga untuk memenuhi pasokan oksigen di dalam tubuh. Karenannya, napas Alfatih ngos-ngosan bagai orang yang kelelahan setelah lari keliling stadion.
Itu sebabnya ventilator dipasang di lehernya untuk membantu memperlancar pernapasannya.
Beberapa waktu lalu, ibunda Alfatih, Rifqi Diniati, mengucapkan terima kasih tak terhingga pada semua pihak yang selama ini telah peduli dan membantu biaya pengobatan anaknya.
Terutama Pemkab Banjar melalui Dinkes yang cukup intens melakukan pendampingan.
(banjarmasinpost.co.id/roy)
