Sejarah Kue Tradisional Banjar

Wanita Haid Dilarang Bikin Kue Amparan Tatak Bila Dilanggar akan Mempengaruhi Rasa dan Bentuknya

wanita Haid Dilarang Bikin Kue Amparan Tatak Bila Dilanggar akan Mempengaruhi Rasa dan Bentuknya

Penulis: Syaiful Anwar | Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/syaiful anwar
Wadai (kue) Banjar tidak sekedar penganan atau makan cemilan buat di pagi atau sore hari 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Kue atau Wadai Amparan Tatak termasuk salah satu kue tradisional khas Banjar.

Terbuat dari campuran santan, tepung beras dan tepung sagu yang dipadankan dengan buah pisang, membuat rasanya enak.

Teksturnya yang lembut, berkelindan dengan rasa manis dan gurih,

Tak heran, amparan tatak kerap dihadirkan di beragam acara ramah tamah, baik bersama keluarga maupun kolega.

Sejarah Kue Tradisional Banjar, Konon Dibikin untuk Kepentingan Upacara, Sesajen untuk Makhluk Gaib

Sejarah Kue Tradisional Banjar, Masubah, Kue Asli Khas Sungai Jingah yang Dibikin Turun Temurun

Awalnya Hanya untuk Cemilan Dinikmati Bersama Keluarga, Kini Lempeng Sudah Tersedia di Warung-warung

Lumpur Surga,Terinspirasi dari Kue Khas Portugis, Kue Lembut Terdiri Dua Lapisan Hijau dan Putih

Terlebih saat Ramadan tiba.

Tak kalah menarik dengan cita rasanya nan khas, cara mengolah amparan tatak pun tak dapat sembarangan.

Masyarakat setempat percaya, amparan tatak dan kue-kue basah khas Banjar lainnya tidak boleh diolah oleh mereka yang tengah menstruasi.

Konon, jika pantangan ini dilanggar, amparan tatak yang dibuat terancam memiliki cita rasa yang tak lezat, hingga warna dan bentuk yang tak menarik.

Jadi pembuatan Kue Amparan Tatak yang menjadi sajian khas Banjar ini memang tidak sembarangan, dibuat secara tradisional untuk mendapatkan rasa yang pas

(Banjarmasin Post.co.id/Syaiful Anwar)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved