Selebrita
Karena Covid-19? Pencipta Asterix & Obelix Wafat Diusia 92 Tahun, Albert Uderzo Pergi dalam Tidurnya
Karena Covid-19? Pencipta Asterix & Obelix Wafat Diusia 92 Tahun, Albert Uderzo Pergi dalam Tidurnya
BANJARMASINPOST.CO.ID, PARIS - Salah seorang pencipta dan ilustrator komik Asterix & Obelix, Albert Uderzo meninggal dunia di usia 92 tahun, Selasa (24/3/2020).
Menurut orang dekatnya Bernard de Choisy, Albert Uderzo meninggal dalam tidur di rumahnya di Neuilly, setelah serangan jantung yang tidak terkait dengan virus corona.
"Dia sangat lelah dalam beberapa minggu terakhir," kata menantunya, Bernard de Choisy, dikutip dari AFP.
Uderzo menciptakan Asterix pada 1959 dengan sesama orang Perancis dan penulis Rene Goscinny, yang menghidupkannya di majalah komik Perancis-Belgia, Pilote.
• FAKTA Positif Corona Bupati Cantik Cellica Nurrachdiana, Pidato di Musda Hipmi: Saya Agak Sesak
• Ahmad Dhani Terdampak Virus Corona (Covid-19), Suami Mulan Jameela Posting Lockdown di Sosmednya
• Kabar Baik Corona! Sri Mulyani: Korban PHK Dampak Covid-19 Dapat Rp 1 Juta Per Bulan Per Orang
• VIDEO UPDATE Corona Kalsel, Gugus Tugas Peketat Pintu Masuk Jalur Darat Lewat Batola & Kotabaru
Petualangan karakter Gaul yang cerdik dan gigih ini, dengan helm bersayap dan kumis pirang, bersama Obelix sang sahabat karibnya, menjadi favorit banyak kalangan.
Komik yang mengisahkan Asterix dan Obelix dengan gembira menggagalkan pasukan Romawi ini, sampai diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Serial ini kemudian diperluas menjadi 38 buku, yang paling baru adalah "Asterix and the Chieftain's Daughter" tahun lalu.
Uderzo sendiri telah berhenti menggambar serial ini pada 2011, setelah sempat melanjutkan sendiri usai kematian Goscinny pada 1977.
Hampir 1,6 juta salinan "The Chieftain's Daughter" terjual tahun lalu hanya di Perancis, yang menempatkannya di urutan teratas daftar terlaris.
Keduanya dianggap sebagai pelopor komik modern dan novel grafis, dengan 380 juta buku mereka terjual di seluruh dunia.
Beberapa ceritanya juga diangkat menjadi kartun animasi dan film layar lebar.
Komik ini dipenuhi adegan perkelahian tinju, arguman konyol, penyelamatan heroik, dan selingan romantis.
Ceritanya sering menyertakan selentingan halus pada politisi atau tokoh populer saat itu.
"Asterix & Obelix" juga telah diterjemahkan ke 111 bahasa dan dialek, termasuk Latin dan Yunani Kuno.
Tidak dikenali
Uderzo lahir pada 25 April 1927 di Fismes, sebuah desa di timur laut Perancis dekat Reims. Dia adalah keturunan dari imigran Italia.
Saat lahir Uderzo memiliki enam jari di masing-masing tangannya, yang kemudian dioperasi. Dia juga buta warna.
Akan tetapi, Uderzo berhasil menemukan keahlian menggambarnya saat bergabung dengan sebuah penerbit di Paris setelah Perang Dunia II, sementara dia juga menggambar komik di surat kabar.
"Menghasilkan uang melalui komik sangat sulit pada masa itu, saya menggambar sejumlah halaman astronomi hanya untuk melewati bulan itu," kenangnya.
Uderzo bertemu Goscinny pada 1951, dan memulai persahabatannya. Pertemuan ini mengawali pembuatan karakter Asterix dan desanya di Amorican Brittany.
Tepatnya 8 tahun kemudian Asterix lahir, dari perbincangan yang ditemani rokok serta minuman keras, di sebuah apartemen perumahan sosial di luar Paris.
Uderzo mengklaim dia terinspirasi oleh kisah-kisah dari kakaknya, Bruno, yang akan pergi ke Perancis Barat untuk melarikan diri dari wajib militer oleh Nazi.
Buku Asterix pertama, "Asterix the Gaul" terbit tahun 1961 dan langsung menjadi sensasi. Popularitasnya akhirnya meluas ke seluruh dunia.
Hak pemasaran karakter ini mencakup mainan sampai taman hiburan di Perancis, dan menjadikan Uderzo kaya raya.
Bapak satu anak ini memiliki rumah mewah di pinggiran kota Paris yang indah di Neuilly, dan mengoleksi mobil-mobil Ferrari.
Pada 2017, sampul asli dari salah satu edisi pertama buku Asterix terjual di Paris seharga 1,4 juta euro (sekitar Rp 24,5 miliar).
Meski bergelimang harta dan popularitas, Uderzo tetap rendah diri. Dia menghindari sorotan media, bahkan ketika reputasinya melambung.
"Tidak ada yang mengenali saya ketika saya berjalan di jalan. Karakter bisa sangat terkenal, tetapi tidak dengan kita, ayah mereka," ungkapnya.
Goresan krayon Uderzo terakhir kali menghiasi kertas pada 2015, saat menggambar Asterix sebagai penghormatan kepada sesama ilustrator yang terbunuh dalam pembantaian milisi.
Gambar ini diterbirkan di surat kabar yang bernada satir, Charlie Hebdo.