Sasirangan Ecoprint di Tanahlaut
Kolaborasi Kain Sasirangan dengan Teknik Ecoprint di Tanahlaut, Bikin Tampak Beda
Teknik Ecoprint sendiri merupakan pemberian motif atau gambar dengan menempelkan daun pada kain agar motif dan warna pada daun menempel di kain.
Penulis: Milna Sari | Editor: Royan Naimi
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Kain dengan teknik pemberian motif ecoprint bukan hal baru di dunia tekstil. Namun bagaimana dengan kain sasirangan Ecoprint.
Ya itulah kain yang sedang hangat di Tanahlaut. Sasirangan yang biasanya bermotif khas Banjar kini juga dipadukan dengan motif Ecoprint yang bermotif natural yakni daun-daunan.
Salah satu pengrajin sasirangan di Kabupaten Tanahlaut yang membuat sasirangan Ecoprint adalah Sasirangan Fanesya di Desa Banyu Irang, Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanahlaut membuat sasirangan Ecoprint bermotif daun yang diproses dengan cara dipukul dan juga dikukus.
Selain Fanesya juga ada beberapa pengrajin sasirangan yang sudah mulai membuat sasirangan Ecoprint ini.
Teknik Ecoprint sendiri merupakan pemberian motif atau gambar dengan menempelkan daun pada kain agar motif dan warna pada daun menempel di kain.
• KALSELPEDIA: Begini Harapan Pengrajin Sasirangan Ecoprint Tanahlaut
• Viral Video Eva Yolanda & Hamid LIDA 2020 Pulkam Disambut Kerumunan Orang Kala Wabah Covid-19
• Pencairan Gaji 13 dan THR PNS Saat Wabah Virus Corona Terancam Dipangkas, Lalu Karyawan Swasta?
Tahapan pembuatan Ecoprint sendiri terbagi dalam dua tahap yakni menempelkan daun pada kain dan kemudian dicelup kembali dengan salah satunya air tawas agar warna terlihat lebih cerah.
Sasirangan Ecoprint tentu berbeda dengan kain Ecoprint yang dijual dari pulau Jawa.
Nama kain khas Banjar tersebut dilekatkan bukan tanpa alasan. Pasalnya pada kain Ecoprint yang dibuat pengrajin kain di Tanahlaut ini juga masih mepertahankan motif Sasirangan.
"Pada kain ini masih ada motif Sasirangan yang dipertahankan sehingga disebut Sasirangan Ecoprint," ujar pemilik Sasirangan Fanesya, Jamilah Fanesya kepada Banjarmasinpost.co.id Senin (6/4/2020).
Kain sutera Sasirangan ditambah lagi dengan motif Ecoprint yang cantik. Hasilnya sebuah kain dengan motif yang unik dan menarik.
Sasirangan Ecoprint ini dijual dengan harga terjangkau sesuai bahannya. Selembar kain katun sutera dibandrol harga Rp 300 ribu sedangkan katun dihargai Rp 200 ribu.
Seperti halnya sasirangan. Sasirangan Ecoprint juga bisa diterapkan ke kain apa saja. Seperti dibuat di Sasirangan Fanesya, bisa dibuat untuk kain sutera hingga kaos.
Tak ada yang spesial dalam mengaplikasikan Ecoprint pada kain katun untuk baju kaos oblong.
Sama seperti untuk kain sutera, cara membubuhkan Ecoprint pada baju kaos juga bisa dilakukan dengan teknik dikukus atau dipukul.

Hasil warna pada setiap daun pun berbeda-beda meskipun dalam satu pohon.
Warna daun yang lebih muda biasanya berwana berbeda dengan yang lebih tua.
Karenanya untuk menyelaraskan warna daun Fanesya misalnya harus mengatur penataan daun yang akan dijadikan sebagi motif Sasirangan Ecoprint.
Sasirangan Ecoprint baru-baru ini menjadi trending di Kabupaten Tanahlaut usai bupati Tanahlaut H Sukamta mempromosikan Sasirangan Ecoprint di media sosialnya.
Kali itu Sukamta yang difoto menggunakan masker usai kegiatan Pemkab Tanahlaut memakai Sasirangan Ecoprint buatan pengrajin Sasirangan Tanahlaut.
Pengenalan Sasirangan Ecoprint ini pun menuai banyak pujian netizen. Tak sedikit yang bertanya pengrajin yang membuat Sasirangan Ecoprint miliknya.
Seperti diketahui Kabupaten yang berjuluk Bumi Tuntung Pandang ini memang sudah mewajibkan ASN untuk memakai Sasirangan khas Tanahlaut pada hari tertentu.
Sebelumnya juga sudah ada Sasirangan motif Tanahlaut yakni kijang mas, jagung dan motif lain yang dipopulerkan oleh Sukamta.
Kini giliran Sasirangan Ecoprint khas Tanahlaut yang juga dipromosikan olehnya.

Pembuatan Sasirangan Ecoprint pada awalnya diajarkan di gedung pusat promosi sentra Industri Kecil Menengah (IKM) Sasirangan Kecamatan Tambang Ulang Kabupaten Tanahlaut Provinsi Kalimantan Selatan.
Seperti halnya Sasirangan Fanesya yang juga sudah membuat Sasirangan Ecoprint pada awalnya mengenal Sasirangan Ecoprint dari pelatihan di gedung tersebut.
Kala itu pelatihan diberikan bagi seluruh pengrajin di Tanahlaut.
Usai mendapatkan ilmu tentang cara membuat Ecoprint, Sasirangan Fanesya menerapkan pada usaha sasirangan rumahannya.
"Sudah dua bulan kemarin pelatihnya dan langsung diterapkan di produksi sasirangan saya," ujar Jamilah Fanesya.

Munculnya Sasirangan Ecoprint harap Fanesya bisa disambut baik oleh masyarakat.
"Semoga semakin dikenal dan banyak dimintai masyarakat," ujarnya.
Sasirangan Ecoprintnya pun kini mulai dibeli oleh kalangan temannya dan dipamerkan di Dekranasda Kabupaten Tanahlaut. Selain itu ragam Sasirangan khas Tanahlaut juga dipamerkan di gedung pusat promosi sentra IKM Sasirangan di Tambang Ulang.
(banjarmasinpost.co.id/milna sari)