Wabah Virus Corona
Giliran Obat Radang Sendi Diuji Coba pada 330 Pasien Parah Infeksi Virus Corona
Sejumlah uji coba penggunaan obat-obatan dilakukan untuk mencari terapi yang dapat digunakan membantu menangani kondisi pasien Covid-19
Editor : Didik Trio Marsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID - Para ilmuwan medis terus melakukan upaya untuk menemukan obat yang bisa meredakan kondisi pasien infeksi virus corona.
Upaya ini dilakukan di tengah upaya penemuan vaksin virus corona yang dilakukan beberapa negara.
Sejumlah uji coba penggunaan obat-obatan dilakukan untuk mencari terapi yang dapat digunakan untuk membantu menangani kondisi pasien Covid-19 sambil menunggu adanya vaksin.
Salah satu obat yang saat ini tengah diteliti kemampuannya untuk menangani pasien Covid-19 adalah Actemra.
• BREAKING NEWS - YouTuber Ferdian Paleka bersama Pamannya Ditangkap Polisi
• VIRAL Video Detik-detik Penangkapan Youtuber Ferdian Paleka, Polisi: Diem Kamu! Turun Kamu!
• FAKTA Lengkap Kasus Youtuber Ferdian Paleka, Frank Sembako Sampah hingga Kemurkaan Pak Gubernur
Obat dengan kandungan zat aktif Tocilizumab ini diyakini mampu menolong pasien yang tengah mengalami kondisi berat akibat viruscorona.
Saat ini, ada 6 pasien infeksi virus corona yang mendaftarkan diri dalam uji klinis tahap akhir untuk menguji Actemra.
Melansir Business Insider, Kamis (7/5/2020), Kepala Global Imunologi Genentech untuk Penyakit Menular dan Pengembangan Klinis Oftamologi, Mark Eisner, mengatakan, studi ini telah mendaftarkan pasien pertama pada Jumat (1/5/2020) di Amerika Serikat dan Spanyol.
Melalui uji coba ini, akan dilihat apakah Actemra yang merupakan obat anti-inflamasi untuk radang sendi mampu membantu pasien kasus parah menjadi sembuh.
Secara keseluruhan, dalam studi ini, akan ada 330 orang di seluruh dunia yang menjalani uji coba.
Hasilnya diharapkan akan keluar saat awal musim panas.
Syarat pasien yang ikut uji klinis

Petugas kesehatan mengambil sampel swab lendir tenggorokan dan hidung di halaman RS Pertamina Jaya, Jakarta Timur, Selasa (5/5/2020). RS Pertamina Jaya dikhususkan untuk menangani pasien virus corona dengan gejala berat dan dilengkapi dengan Command Center dimana 65 Rumah Sakit BUMN di seluruh Indonesia terkoneksi. Sedangan Hotel Patra Comfort sebagai Rumah Sakit Darurat Covid-19 disiagakan untuk menampung pasien corona.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Adapun syarat pasien yang mengikuti uji klinis ini adalah mereka yang memiliki kasus Covid-19 parah yang ditandai dengan pneumonia dan perlu menjalani rawat inap.
Pasien yang terdaftar akan secara acak menerima infus Actemra IV dan beberapa plasebo yang sesuai.
Selama satu bulan, dokter akan melihat status klinis mereka berdasarkan tujuh skala kategori untuk melihat apakah kondisi pasien membaik atau memburuk.
Uji ini diharapkan dapat menjawab apakah Actemra dapat memberi manfaat pada pasien yang parah atau tidak.
Uji ini utamanya muncul setelah adanya laporan anekdotal kemanjuran Actemra dari penelitian di China.
Actemra merupakan obat yang diproduksi oleh Genentech, anak perusahaan farmasi Swiss, Roche.
Cara kerja Actemra bukan memerangi virus secara langsung.
Akan tetapi, memanfaatkan peranannya dalam menghambat Interleukin 6 (IL-6).
Melansir dari Thailandmedical News, IL-6 adalah sitokin yang memainkan peran penting dalam respons imun.
Meski demikian, IL-6 kerap memainkan peran dalam mengatasi keparahan suatu penyakit seperti pada penyakit autoimun, multiple myeloma, dan kanker prostat.
Dalam kasus Covid-19, respons imun yang terlalu aktif dapat merusak paru-paru.
Melalui uji klinis ini, akan diketahui apakah obat mampu bertindak untuk mengatasi badai sitokin yang timbul.
“Ini adalah hipotesis yang sangat bagus. Tetapi membutuhkan pengujian ketat dalam uji klinis agar kami dapat memberikan dokter, pasien, keluarga mereka, pemangku kepentingan lainnya, jawaban yang jelas dan pasti untuk apa yang dapat dilakukan atau tidak dilakukan Actemra pada penyakit ini,” kata Eisner.
Selain actemra, obat lain yang sedang diuji berdasarkan target sitokin IL-6 adalah adalah Kevzara.
"Begitu banyak dokter di seluruh dunia telah menggunakannya sendiri dan melaporkan hasil yang baik. Kita harus menyelesaikan ini dan menjawab pertanyaan secara definitif sesegera mungkin," kata Eisner.
Penggunaan secara hati-hati
Seperti disebutkan di atas, Actemra memiliki kandungan zat aktif Tocilizumab yang mengubah cara sistem kekebalan tubuh bekerja.
Oleh karena itu, harus dilakukan pemantauan konstan karena jika penggunaannya tidak tepat akan menyebabkan kondisi memburuk.
Efek samping obat ini secara serius adalah masalah pada lambung dan usus, neutrofil dan trombosit rendah dan peningkatan risiko kanker.
Obat ini telah disetujui FDA untuk pengobatan sindrom pelepasan sitokin (CRS) parah dan dapat digunakan untuk anak 2 tahun yang memiliki CRS karena terapi Sel T CAR.
Jika pengujian ini berhasil, maka ini menjadi obat pertama yang mendapat persetujuan FDA.
