Berita Viral

Menangis Menghiba di Pinggir Jalan, Pria Ini Jual Blender Bekas karena Tak Punya Uang Beli Beras

Seorang pria menangis sambil menjual sebuah blender di pinggir jalan videonya menjadi viral di media sosial.

Editor: Didik Triomarsidi
KOMPAS.com/SUKOCO
Sujono, pria yang menjual blender sambil menangis di pinggir jalan, saat ditemui di kediamannya di Desa Pojok Sari, Magetan, Rabu (20/5/2020). 

Editor : Didik Trio Marsidi

BANJARMASINPOST.CO.ID, MAGETAN - Sebuah video yang memperlihatkan seorang pria menangis sambil menjual sebuah blender di pinggir jalan viral di media sosial.

Video itu diunggah pemilik akun Facebook, Dendy Ardiyan P pada Rabu (20/5/2020). Video itu dikomentari ribuan netizen.

Dalam video itu terlihat, seorang pria menangis sambil menawarkan blender kepada pengendara.

Pria yang mengenakan masker itu mengaku menjual blender untuk makan.

Skenario Baru Mendikbud Hadapi Tahun Ajaran Baru 2020/2021 di Tengah Pandemi Covid-19

Mohon Maaf Lahir Batin, Ini 30 Ucapan Selamat Lebaran Idul Fitri 2020, Silaturahmi di Masa Pandemi

Jadwal Imsak Hari Ini Kamis 21 Mei 2020 di Banjarmasin, Surabaya, Jakarta dll Dilengkapi Niat Puasa

"Untuk makan, untuk anak istri saya makan," katanya sambil menangis seperti terekam dalam video tersebut.

Tak berapa lama, seorang pejalan kaki mengampiri pria tersebut. Pejalan kaki itu menanyakan harga blender yang dijualnya.

Pria itu menjawab seikhlasnya asal bisa makan. Pejalan kaki itu mengeluarkan uang Rp 100.000 dan memberikannya kepada pria tersebut.

Ia juga meminta pria itu menyimpan blender itu. Tangis pria yang menjajakan blender di pinggir jalan itu sontak pecah.

Pria yang menjual blender itu merupakan Sujono (40), warga Desa Pojok Sari, Kabupaten Magetan.

Sujono mengatakan, terpaksa menjual blender bekas itu di pinggir Jalan Raya Magetan-Maopati karena tak lagi punya uang buat beli beras.


Postingan video seorang bapak yang menjual blender di pinggir jalan karena lapar sambil menangis menjadi viral.(KOMPAS.COM/SUKOCO)

Pria yang berprofesi sebagai pedagang pentol keliling itu sudah tiga bulan tak berjualan. Ia biasa berkeliling di kawasan Pondok Pesantren Al Fatah Temboro Magetan.

Kawasan itu kini ditutup karena menjadi salah satu klaster penyaberan virus corona baru atau Covid-19.

“Sudah tidak mempunyai uang untuk beli beras. Barang yang bisa dijual ya hanya blender,” kata Sujono saat ditemui di rumahnya, Rabu (20/5/2020).

Di rumah itu, Sujono tinggal bersama istri, anak, dan ibunya. Rumah di Desa Pojok Sari itu merupakan milik ibunya yang sedang sakit.

Setelah kawasan Ponpes Al Fatah Temboro ditutup, Sujono beralih profesi sebagai pengumpul kayu bakar. Ia dan istrinya mengumpulkan kayu dan bambu kering.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved