Berita Regional

Belasan Tahun Segubuk Bareng Ternak, Mbah Deman Hidup Menderita, Lalu Kemana Raibnya PKH dan BST?

Inilah kisah pilu pasangan kakek-nenek asal Pekalongan beranama Mbah Deman (75) dan Mak Wasri (60), kehidupannya sungguh menderita

Editor: Didik Triomarsidi
Tribun Jateng
Mbah Deman, seorang kakek di Pekalongan dan istrinya tinggal segubuk bersama ternak. 

Editor : Didik Trio Marsidi

BANJARMASINPOST.CO.ID - Pasangan kakek-nenek asal RT 8 RW 2, Dukuh/Desa Kaibahan, Kecamatan Kesesi, Pekalongan, Mbah Deman (75) dan Mak Wasri (60) sudah belasan tahun hidup menderita.

Kondisi pasangan lansia tersebut cukup memprihatinkan.

Mereka tinggal di sebuah rumah berdinding anyaman bambu dengan luas 30 meter persegi.

Tak ada kompor gas di bagian dapur, melainkan hanya tumpukan arang dan kayu bakar.

Parahnya, mereka juga terpaksa tinggal bersama hewan ternaknya, seperti ayam, bebek dan burung merpati selama belasan tahun.

Benda Jatuh dari Langit yang Bikin Geger Yogyakarta Masih Misterius, Polisi Bingung Siapa Pemiliknya

Tata Cara Membayar Utang Puasa Ramadhan 1441 H, Lebih Dulu Bayar Qadha atau Puasa Syawal?

Berhenti bekerja sebagai buruh tani

Seorang petani membersihkan tanaman liar di sawahnya, sementara di belakangnya berderet perumahan yang makin meluas dan menyusutkan lahan pertanian.
Seorang petani membersihkan tanaman liar di sawahnya, sementara di belakangnya berderet perumahan yang makin meluas dan menyusutkan lahan pertanian. (banjarmasinpost.co.id/elhami)

Mbah Deman menceritakan, dirinya tak lagi bekerja karena mengalami sakit sesak napas sejak sekitar setahun lalu.

Sebelumnya dia bekerja sebagai buruh tani. Namun kini dia hanya boleh berada di rumah.

"Saya sakit napas sudah hampir satu tahun. Sebelum sakit, saya kerjanya di sawah buruh pacul. Sekarang hanya di rumah dan yang kerja istri saya," jelas Deman, kepada TribunJateng.com Sabtu (23/5/2020).

Sang istri, Mak Wasri kini melanjutkan pekerjaan suaminya sebagai buruh tani.

"Kalau ada panggilan dari tetangga, saya bekerja sebagai buruh tani seperti nandur dan jemur gabah. Upahnya dalam bentuk beras sebanyak 3 piring," kata Mak Wasri.


Mbah Deman tinggal segubuk dengan ternaknya (Tribun Jateng)

Belasan tahun hidup serumah dengan ternak

Selain menjadi buruh tani, mereka juga beternak beberapa jenis binatang.

Sudah belasan tahun hidup beternak mereka jalani.

Setelah hewan ternaknya besar, mereka akan menjualnya.

"Wis biasa turu karo pitik karo meri (sudah biasa tidur bareng ayam dan bebek). Kalau hewannya sudah besar akan dijual untuk kebutuhan makan," ujar Deman.

Meski berat, mereka mengaku sudah terbiasa menjalani hidup serba terbatas.

Rumah pun sejak lama tak pernah mereka perbaiki.

"Kalau hujan gubuknya sering bocor tapi bagaimana lagi," imbuh Mak Wasri.

Mereka memiliki empat orang anak yang kini sudah berkeluarga, namun tinggal di tempat yang jauh.

Tak pernah terima bansos


Mbah Deman dan istrinya yang hiduo segubuk dengan ayam dan bebek (Tribun Jateng)

Melansir Tribun Jateng, di tengah pandemi Covid-19 ini, ternyata pasangan Deman dan Wasri belum pernah mendapatkan bantuan sosial.

Bahkan sebelum pandemi pun tak ada bantuan pemerintah datang ke rumahnya.

Belum ada petugas yang datang dan mendata dirinya.

"Sering sekali anak saya mengurus bantuan ke desa tapi gagal terus. Hanya sampai di desa selanjutnya tidak ada kabar sama sekali," papar Wasri.

Ketua RT setempat, Roni, membenarkan kakek-nenek itu belum pernah menerima bantuan.

Namun, dia menyebut Mbah Deman kini telah terdata mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah provinsi.

"Sebenarnya Mbah Deman sudah terdata di bantuan provinsi tapi bantuannya belum turun sampai sekarang. Untuk bantuan PKH, terus BST dan lainnya memang beliau tidak terdata," jelas Roni.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pilu Mbah Deman, Belasan Tahun Hidup Segubuk Bareng Ayam dan Bebek",

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved