Berita Viral
Hari Ini Kelahiran Soekarno, Disebut Paduka Di Pesantren Sukanagara, Kisah Bendera Raksasa
Hari ini, Sabtu 6 Juni 2020 adalah hari kelahiran Proklamator Soekarno. Sang Putra Fajar itu lahir di Blitar. Kisah bendera raksasa.
Editor: Nia Kurniawan
BANJARMASINPOST.CO.ID - Hari ini, Sabtu 6 Juni 2020, adalah hari kelahiran Proklamator Soekarno. Sang Putra Fajar itu lahir di Blitar.
Nama Soekarno juga hiasi deretan trending di Twitter. Jejak perjuangannya terserak di seantero Nusantara. Bahkan hingga ke mancanegara.
Tak heran jika jejak Soekarno pun ternyata ada di daerah terpencil di Cianjur Selatan, Sukanagara.
"PADUKA (Bung Karno/red) kalau datang ke Sukanagara naik mobil, lalu mobilnya di parkir dekat pertigaan. Ia lantas berjalan kaki menaiki bukit sekitar 500 meter menuju Pesantren Al Basyariyah dengan buku dijepit lengan kiri dan tangan kanannya membawa tongkat," ujar pimpinan Pondok Pesantren Kiai Rahmat Kadar, saat membuka cerita, Jumat (5/6/2020).
• Reaksi Mbak Tutut Begitu Dimintai Eko Patrio Soal Akad Nikah Bersama Viona
• Foto Pernikahan Didi Kempot Disorot, Bentuk Tubuh Yan Vellia Disinggung Nurma Silvi
Warga kampung kadang tak mengenali bahwa sosok yang berjalan sekitar tahun 1930-1939 menaiki bukit adalah pejuang yang saat itu sedang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Dulu kawasan Sukanagara masih berbentuk hutan lebat. Hanya kawasan pesantren saja yang dijadikan tempat permukiman.
Rahmat mengatakan, bahwa paduka sebutan yang ia sematkan untuk Bung Karno sering berkunjung ke pesantren yang terletak di Desa Sukanagara, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur.
"Ada cerita di mana bendera merah putih pertama dibuat di sebuah tempat pembuatan batik di Pekalongan lalu dijahit digabungkan di sini," ujar Rahmat yang merupakan generasi ketiga dari pimpinan Ponpes Al Basyariyah.
Rahmat mengisahkan, Kiai Basyari pendiri pondok pesantren awal datang dari Jombang pada tahun 1911 dengan berjalan kaki, lalu sempat mendirikan pesantren di beberapa tempat di antaranya di Garut dan Cianjur. Konon hanya butuh dua hari bagi Kiai Basyari untuk menjadikan kawasan hutan lebat menjadi pesantren.
"Lalu membuka tempat ini mencari tempat Cikiruh sumber mata air dari gunung yang diartikan sebagai cipratan kiai dan ruh," katanya.
Selama mendirikan pesantren, para kiai selalu membuat bubur merah dan bubur putih. Hal ikhwal itu menjadi filosofi merah berani dan putih suci.
"Lalu pada tahun 1939 ada yang membuat bendera merah putih di Pekalongan dan diperlihatkan ke paduka, Bung Karno," katanya.
Rahmat mengatakan pada tahun 1942 bendera merah putih sempat dikibarkan di pesantren dengan lagu berbahasa Arab, lalu setelah itu dibawa ke istana.
Ada tiga bendera pertama yang saat itu dibawa. Satu di antaranya yang pertama disimpan di pesantren.
Menurut Rahmat, hingga saat ini para peneliti dari ITB dan UPI sering datang dan berkunjung meneliti bendera raksasa berukuran sekitar 5x3 meter ini.

"Dari ITB dan UPI banyak yang datang mau melihat dari dekat," katanya.
Rahmat mengatakan, alangkah lebih baiknya jika yang ingin napak tilas Bung Karno, maka pengunjung harus berjalan kaki dari pertigaan dekat alun-alun Sukanagara. Hal itu untuk merasakan apa yang saat itu dirasakan oleh sang paduka.
"Dulu ajudan Bung Karno sering disuruh tinggal. Makanya sampai saat ini ada beberapa ajudan paduka yang menetap di Cianjur. Awalnya kawasan ini bernama Pusakanagara karena terdapat bendera merah putih," katanya.
Rahmat mengatakan kini kondisi pesantren tak seramai dulu sepeti jika ada perayaan hari besar keagamaan, pihaknya ingin ada yang membantu meneruskan tradisi jangan sampai sepi.
Ia mengisahkan zaman dulu kalau ada perayaan hari besar keagamaan obor akan dinyalakan dari pertigaan kawasan pasar sampai ke pesantren.
"Terasa banget ramainya pesantren," kenangnya.
• Posisi Cut Syifa dan Haico Van Der Veken Di Samudra Cinta Picu Reaksi, Rangga Azof : Ready ?
• Wajah Muda Sandiaga Uno, Rossa, Dian Sastro, Najwa Shihab di Tagar Wisuda LDR 2020
Rahmat mengatakan paduka sering mandi tengah malam untuk merasakan sejuknya kawasan Sukanagara.
Menjelang hari kelahiran Bung Karno pada 6 Juni, banyak warga yang napak tilas dan melihat langsung tempat Bung Karno mondok di Cianjur.
Pesantren ini terletak di atas bukit tak jauh dari alun-alun Sukanagara. Hawanya sangat sejuk, di pesantren ini juga terdapat mata air yang dipercaya warga berkhasiat bikin awet muda. Sumber airnya dari pegunungan Sukanagara. Airnya begitu dingin dan menyegarkan.
Pimpinan Pondok Pesantren Al Basyariah, Kiai Rahmat Kadar, mengatakan sudah banyak yang berkunjung dan ingin mengetahui pesantren tempat Bung Karno mondok.
"Kamarnya masih ada, ruangannya tempat beristirahat dan duduk juga masih ada," kata Rahmat.
Ia mengatakan, banyak peninggalan sejarah di pesantrennya, sehingga banyak dari keluarga Bung Karno yang juga mengirimkan surat dan sejenisnya.

"Ada surat dari paduka (Bung Karno/red) termasuk dari anak-anaknya juga," kata Rahmat.
Rahmat mengatakan karena menyebar dari mulut ke mulut, mata air dekat pesantren banyak dikunjungi warga. Tak sedikit juga yang mandi di mata air ini.
Ia mengatakan, mata air sengaja dibentuk persegi panjang mirip kolam kecil. Dari cerita Bung Karno sering mandi setiap pukul 12 malam.
Ketua DPC PDI Perjuangan, Susilawati SH MKP, mengatakan kunjungannya ke pesantren Cikiruh selain untuk Napak tilas Bung Karno juga untuk merunut sejarah yang ada di Cianjur.
"Jangan melupakan sejarah, Cianjur ternyata sempat disinggahi Bung Karno sebelum kemerdekaan, jadi kami mencoba bersama jajaran DPC untuk mengenang dan mendengarkan cerita Bung Karno beraktivitas di pesantren ini," kata Susi.
Pihak pesantren Al Basyariyah berharap kamar dan tempat peristirahatan Bung Karno di Sukanagara menjadi museum.
Kursi lengkap dengan meja masih tersusun rapi, demikian pula dengan tempat tidur dua lemari berikut meja kecil yang di atasnya terdapat sebuah jam antik.
Foto berukuran besar Bung Karno juga masih terlihat di meja tersebut. Hanya saja atap rumah yang menjadi tempat peristirahatan Bung Karno sudah ambruk menimpa kursi.
Pimpinan Pondok Pesantren Al Basyariyah, Kiai Rahmat Kadar, berharap benda-benda bersejarah yang sempat digunakan oleh paduka Bung Karno dirawat dan dijadikan museum.
• Glenn Fredly Berseri Ditatap Mutia Ayu, Bersama Gewa Sapa Pagi Dan Menyatakan Cinta
"Lambat laun seiring usia, kursi, meja, tempat tidur dan semua perlengkapan ini menjadi antik dan bernilai sejarah tinggi, sayang kalau dibiarkan rusak," kata Rahmat.
Rahmat mengatakan, pesantren selalu terbuka bagi siapapun yang ingin melihat kamar dan rumah yang sempat digunakan Bung Karno untuk mondok.
"Silakan saja datang, kami siap berbagi cerita untuk siapapun," kata Rahmat.
Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Cianjur, Susilawati SH MKP, mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pusat dan akan membantu rehabilitasi tempat yang sempat digunakan Bung Karno termasuk membantu pembangunan pesantren.
"Saya sudah ngobrol dengan anggota DPR RI Diah Pitaloka, ia siap membantu. Teknisnya seperti apa nanti akan dibicarakan lebih lanjut," kata Susi.(fam)
Artikel ini telah tayang di Tribuncirebon.com dengan judul Hari Ini Hari Kelahiran Soekarno, Jejaknya Ternyata Ada Juga di Sukanagara, Mondok di Pesantren.