Kriminalitas Internasional

Trump Marah & Ingin Pecat Menhan AS Mark Esper Gara-gara Demo George Floyd

Presiden AS Donald Trump dilaporkan ingin memecat Menteri Pertahanan Mark Esper gara-gara ingin redam demo George Floyd pakai tentara ditolak.

Editor: Didik Triomarsidi
AFP/CHANDAN KHANNA
Pengunjukrasa berdiri di depan gedung yang terbakar dalam aksi demonstrasi di Minneapolis, Minnesota, Jumat (29/5/2020). Amerika Serikat dilanda kerusuhan hebat, pasca meninggalnya George Floyd akibat kehabisan nafas, setelah lehernya ditindih seorang petugas Polisi Minneapolis dalam sebuah penangkapan. 

Editor : Didik Trio Marsidi

BANJARMASINPOST.CO.ID, WASHINGTON - Gara-gara ingin menggunakan tentara meredam demo George Floyd ditolak, Presiden AS Donald Trump marah dan ingin memecat Menteri Pertahanan Mark Esper.

Kepada Wall Street Journal, sumber Gedung Putih mengungkapkan sang presiden marah kepada Esper karena tak mendukung usulnya mengerahkan militer.

Aksi protes merebak ke ibu kota Washington dan ratusan kota lain setelah George Floyd, seorang pria Afro-Amerika, tewas di Minneapolis pada 25 Mei.

Sumber internal itu berujar, Trump berunding dengan penasihatnya untuk memecat Mark Esper, Menhan AS keempat sejak dia menjabat pada 2017.

Sudah Terima Rp 123.938.500, Kok Gaji Pimpinan KPK Mau Dinaikkan Lagi!

BREAKING NEWS - Dalam Kurungan Kayu itu, ODGJ di Pandahan Tala Melewati Hari demi Hari

KUNCI JAWABAN Soal SMA Kelas 1 2 3 Belajar TVRI, Matematika: Volume Benda Putar

Namun, si penasihat disebut menentang rencana presiden berusia 73 tahun, sehingga dia mengurungkan niatnya untuk mendepak Esper.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper (kiri) bersama Presiden Donald Trump, saat dilantik di Ruang Oval Gedung Putih, pada Selasa (23/7/2019).
Menteri Pertahanan AS Mark Esper (kiri) bersama Presiden Donald Trump, saat dilantik di Ruang Oval Gedung Putih, pada Selasa (23/7/2019). (AFP / NICHOLAS KAMM)

Si menhan bukannya tidak sadar bosnya murka. Karena itu, dia juga sudah mempersiapkan surat pengunduran diri, dilansir New York Post Selasa (9/6/2020).

Dia mulai menulis surat untuk meletakkan jabatan, sebelum dibujuk oleh staf maupun penasihat lain untuk mengurungkan niat.

Pada Rabu pekan lalu (3/6/2020), Esper mengatakan dia tidak berpikir mengerahkan tentara di jalanan AS untuk meredam demonstrasi diperlukan.

Sumber itu menuturkan, kalimat pembuka yang disampaikan dalam konferensi pers di Pentagon tersebut disebut menggegerkan Gedung Putih.

Seorang pengunjuk rasa mengacungkan kepalan tangannya di depan polisi saat reli protes atas kematian George Floyd saat ditahan oleh polisi Minneapolis, di Columbia, South Carolina, Amerika Serikat, Sabtu (30/5/2020).
Seorang pengunjuk rasa mengacungkan kepalan tangannya di depan polisi saat reli protes atas kematian George Floyd saat ditahan oleh polisi Minneapolis, di Columbia, South Carolina, Amerika Serikat, Sabtu (30/5/2020). (KOMPAS.COM/ANTARA FOTO/REUTERS/SAM WOLFE)

"Opsi untuk menggunakan personel aktif harus dipikirkan sebagai hal terakhir. Hanya dalam situasi yang paling mendesak," jelasnya.

Memecat kepala Pentagon bisa memberikan guncangan tak terduga dalam pemerintahan Trump yang saat ini sudah mengalami krisis.

"Hari itu benar-benar buruk. Presiden sempat kehilangan kepercayaan terhadapnya. Untungnya dia masih mempertahanaknnya," ujar si sumber.

Dalan pandangan sang presiden, kerusuhan yang ditimbulkan sudah membuat baik penegak hukum maupun Garda Nasional kewalahan.

Karena itu, dia pun mengusulkan untuk menerjunkan pasukan aktif di jalan-jalan AS untuk meredam aksi yang juga disertai penjarahan tersebut.

Namun para penasihatnya, termasuk Chairman Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley, menentang presiden mengaktifkan UU Pemberontakan 1807.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved