Nutrisi dan Olahraga saat Pandemi
Tak Hanya Obesitas, Orang yang Terlihat Kurus Bisa Kena Sindrom Metabolik
Sindrom metabolik tidak hanya berpotensi menyerang orang dengan berat badan berlebih, namun juga dapat dialami orang berat badan ideal bahkan kurus.
Penulis: Mariana | Editor: Eka Dinayanti
Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Sindrom metabolik tidak hanya berpotensi menyerang orang dengan berat badan berlebih, namun juga dapat dialami orang berat badan ideal bahkan kurus.
"Istilah Thin Outside, Fat Inside (TOFI) yakni Timbangan berat badan cenderung normal bahkan kurus namun memiliki lemak tubuh yang tinggi. Banyak dijumpai orang memiliki badan yang kurus namun perutnya buncit, hal ini justru lebih berbahaya karena visceral fat atau lemak perutnya tinggi," jelas Certified Nutrition and Wellness Consultant Nutrifood, Moch Aldis Ruslialdi.
Gejala umumnya yakni visceral obesity merupakan bukan obesitas biasa tapi berpusat pada perut.
Apabila seseorang mengalami visceral obesity dapat terlihat pada buncitnya perut.
• Lemak Menumpuk Timbulkan Risiko Sindrom Metabolik, Begini Pencegahannya
Hal itu bisa diukur dengan lingkar pinggang.
Untuk wanita batas maksimal 80 cm, sedangkan pria 90 cm.
Faktor risiko sindrom metabolik yang tidak dapat diubah yakni faktor genetik atau faktor keturunan dari orangtua yang membuat anak-anaknya rentan mengalami penyakit serupa misalnya diabetes.
Selain faktor genetik, faktor gaya hidup dan pola makan yang sehat mampu mencegah sindrom metabolik.
Diet salah satu cara yang baik menekan atau mengurangi lemak jahat dalam tubuh.
Aldis mengatakan, hasil diet yang baik adalah terjadi penurunan berat badan 0,5-1,5 kilogram per minggu.
Apabila lebih dari angka tersebut harus waspada justru akan berakibat fatal bagi tubuh.
Bisa pula berolahraga disarankan minimal 30 menit kardio intensitas sedang, 5x seminggu dengan total 150 menit.
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)