Serambi Ummah

Penjelasan dan Hukumnya dalam Islam Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan, Rabu Terakhir Bulan Safar

Penjelasan dan Hukumnya dalam Islam Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan, Rabu Terakhir Bulan Safar

Editor: Rendy Nicko
Hanani
Tradisi tolak bala di Tangkarau Luar Kelurahan Barabai Timur RT 06, Barabai, Hulu Sungai Tengah, Minggu malam (30/9/2018). Penjelasan dan Hukumnya dalam Islam Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan, Rabu Terakhir Bulan Safar 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan, Rabu terakhir di Bulan Safar 1442 Hijriah akan jatuh atau bertepatan pada hari Rabu 14 Oktober 2020.

Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan dipercaya sebagai hari turunnya bala.

Oleh sebab itu banyak daerah menggelar tradisi tolak bala.

Tapi apa itu Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan dan hukumnya dalam Islam?

Baca juga: Besok Arba Mustakmir, Ini Niat Sholat Rebo Wekasan dan Sholat Sunnah Rabu Terakhir di Bulan Safar

Baca juga: Panduan Doa dan Amalan Arba Mustamir Bulan Safar 1442 H, Sholat Rebo Wekasan

Ini Malam Jumat, Niat Shalat Tahajud Lengkap Tata Cara dan Doa Khusus Sholat Tahajud

Lafadz Niat Sholat Sunnah Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir, Rabu Terakhir di Bulan Safar

Dikutip dari Wikipedia, Rebo Wekasan, Rabu Wekasan, atau Rebo Pungkasan, adalah nama hari Rabu terakhir di bulan Safar pada kalender penanggalan Jawa.

Pada Rebo Wekasan biasanya dimulainya rangkaian Upacara Adat Safaran yang nanti akan berakhir di Jumat Kliwon bulan Maulid (Mulud).

Seperti upacara Sedekah Ketupat dan Babarit di daerah Sunda kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Keistimewaan Rebo Wekasan adalah karena inilah satu satunya hari yang tidak tergantung pada hari pasaran dan neptu untuk melakukan suatu upacara adat.

Catatan dalam adat Kejawen, hari pasaran dan neptu adalah sangat penting demi keselamatan dan berkah dari acara, kecuali pada hari Rebo Wekasan.

Sekitar 200 warga Kompleks Arrahim, mengikut tolak bala dengan berkeliling dari gang satu ke gang yang lainnya, Kamis (28/3)2019 malam usai Salat Isya.
Sekitar 200 warga Kompleks Arrahim, mengikut tolak bala dengan berkeliling dari gang satu ke gang yang lainnya, Kamis (28/3)2019 malam usai Salat Isya. (banjarmasinpost.co.id/jumadi)

Siswa MTs Miftahul Ulum mengadakan amaliyah keagamaan di hari Rabu terakhir di Bulan Safar yang juga disebut Arba Mustamir. (tribunkalteng/fadly SR)
Konon Rebo Wekasan adalah hari datangnya 320.000 sumber penyakit dan marabahaya 20.000 bencana.

Maka rata-rata upacara yang dilaksanakan pada hari Rebo Wekasan adalah bersifat tolak bala.

Contoh-contoh upacara adat pada hari Rebo Wekasan di Tanah Jawa:

1. Sedekah Ketupat, Sidekah Kupat, di daerah Dayeuhluhur, Cilacap.

2. Upacara Rebo Pungkasan di Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta.

3. Ngirab, di daerah Cirebonan.

4. Safaran di beberapa daerah.

Selain upacara adat pada hari Rebo Wekasan, banyak orang Muslim tertentu yang melakukan sembahyang tertentu.

Makanan yang dibuat untuk upacara biasanya di antaranya ketupat, apem, dan nasi tumpeng.

Perwakilan warga Gang Nusa Indah khususnya RT 03 dan RT 04 menggelar kegiatan tolak bala hari ini Rabu (27/5/2020) malam terkait kejadian temuan mayat wanita pada Jumat lalu.
Perwakilan warga Gang Nusa Indah khususnya RT 03 dan RT 04 menggelar kegiatan tolak bala hari ini Rabu (27/5/2020) malam terkait kejadian temuan mayat wanita pada Jumat lalu. (banjarmasinpost.co.id/Frans Rumbon)

Hukum Rebo Wekasan

Dikutip dari SyariahIslam.com, Rebo Wekasan bersumber dari pernyataan dari orang-orang soleh (Waliyullah).

Penulis kitab sama sekali tidak menyebutkan adanya keterangan dari sahabat maupun ulama masa silam yang menyebutkan Rebo Wekasan.

Sedangkan sumber syariat Islam adalah Alquran dan sunnah Nabi SAW, tentunya Rebo Wekasan tidak lantas kita percaya.

Karena kedatangan bencana di muka bumi ini, merupakan sesuatu yang ghaib dan tidak ada yang tahu kecuali Allah.

Meyakini datangnya malapetaka atau hari sial di hari Rabu terakhir bulan Safar (Rebo Wekasan) termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang, karena ini merupakan perilaku dan keyakinan orang Jahiliyah.

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

لا عدوى ولا طيرة ولا هامَة ولا صَفَر وفر من المجذوم كما تفر من الأسد

"Tidak ada penyakit menular (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Larilah dari penyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa." (HR Bukhari, 5387, dan Muslim, 2220).

Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali, mengatakan:

"Maksud hadits di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Safar.

Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membatalkan hal tersebut.

Pendapat ini disampaikan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya.

Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Safar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu.

Meyakini datangnya sial pada bulan Shafar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang." (Lathaif al-Ma’arif, hal 148).

Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari pernah ditanya tentang hukum Rebo Wekasan dan beliau menyatakan:

"Semua itu tidak ada dasarnya dalam Islam (ghairu masyru’). Umat Islam juga dilarang menyebarkan atau mengajak orang lain untuk mengerjakannya."

Klaim Kuota Gratis Telkomsel 15GB, Promo Paket Internet Murah 20GB Rp 6 Ribu dan 15GB Rp 22 Ribu

Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Rebo Wekasan Itu Apa? Begini Penjelasan dan Hukumnya dalam Islam

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved