Arba Mustamir

Panduan Doa dan Amalan Arba Mustamir Bulan Safar 1442 H, Sholat Rebo Wekasan

Panduan Doa dan Amalan Arba Mustamir Bulan Safar 1442 H, namun menurut Ketua MUI Kalsel KH Husin Nafarin LC, Arba Mustamir tiada dalil yang jelas

Penulis: Kristin Juli Saputri | Editor: Royan Naimi
muslimobsession.com
Doa dan Amalan Arba Mustamir Bulan Safar 1442 H. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Dua hari lagi memasuki Arba Mustamir bulan Safar 1442 H, tepatnya Rabu 14 Oktober 2020.

Sebagian umat muslim di Indonesia mengisi bulan Safar, atau di hari Rabu terakhirnya dengan doa dan amalan Arab Mustamir.

Arba Mustamir, istilah yang digunakan untuk menyebut hari Rabu terakhir di bulan Safar masih diyakini sebagian kalangan masyarakat sebagai hari yang sakral.

Pada sebagian masyarakat Banjar, tradisi memperingati Arba Mustamir masih dilakukan hingga sekarang.

Baca juga: Doa dan Amalan Rebo Wekasan atau Arba Mustamir 2020, Rabu Terakhir Bulan Safar 1442 H

Baca juga: DOA Tolak Bala, Amalan dan Zikir Saat Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan, Rabu Akhir Bulan Safar

Baca juga: Baca Yasin dan Tasbih Nabi Yunus Amalan di Arba Mustamir 2020, Rabu Terakhir Syafar 1442 H

Baca juga: Besok Arba Mustakmir, Ini Niat Sholat Rebo Wekasan dan Sholat Sunnah Rabu Terakhir di Bulan Safar

Baca juga: Video Ceramah Ustadz Abdul Somad Soal Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir, Rabu Terakhir di Bulan Safar

Konon ini adalah hari datangnya 320.000 sumber penyakit dan marabahaya 20.000 bencana.

Menjadi semacam kebiasaan sebagian bagi masyarakat Banjar untuk melakukan hal-hal tertentu untuk menghindari kesialan pada hari itu, misalnya:

1. Sholat sunnah mutlak disertai doa tolak bala,

2. Selamatan kampung, biasanya disertai dengan menulis wafak di atas piring kemudian dibilas dengan air, seterusnya dicampurkan dengan air di dalam drum supaya bisa dibagi-bagikan kepada orang banyak untuk diminum,

3. Mandi Safar untuk membuang sial, penyakit, dan hal-hal yang tidak baik. Mandi Safar ini menjadi atraksi wisata menarik di Kal-Teng yang dipromosikan. Mandi Safar ini merupakan tradisi masyarakat yang mendiami tepian sungai Mentaya,

4. Tidak melakukan atau bepergian jauh,

5. Tidak melakukan hal-hal yang menjadi pantangan, dan sebagainya.

Menurut KH Husin Naparin LC, Ketua MUI Kalsel, Safar adalah nama bulan kedua sesudah Muharam dalam kalendar Islami (Hijriyah).

Sebagian masyarakat muslim warga Banjar beranggapan Safar bulan sial, sehingga banyak yang tidak berani melakukan aktivitas kehidupan di bulan ini, seperti mengadakan perkawinan, apabila dilanggar bisa jadi tidak harmonis dan berakibat perceraian.

Perempuan hamil selalu berdoa agar tidak melahirkan di bulan Safar, apabila melahirkan di bulan Safar, anak harus ditimbang, apabila tidak, dikhawatirkan menjadi nakal dan bodoh; tidak berani memulai membangun rumah, apabila dilanggar berakibat terjauh dari kedamaian; dan tidak berani memulai usaha, kalau dilanggar mengakibatkan kebangkrutan.

Berbeda dengan persepsi sebagian masyarakat Jawa Timur, yang beranggapan Safar bulan biasa; sebaliknya bagi mereka bulan sial adalah bulan Muharram (bulan Syura); sehingga mereka menunda hajatan ke bulan Safar.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved