Berita Internasional

Trump Beri Amerika Rp 367 Triliun di Hari Terakhir Menjabat Presiden AS, Uang dari Mana?

Namun diakhir masa jabatannya Donald Trump berhasil memasukkan kontrak bernilai sedikitnya Rp 367 triliun, Rabu (20/1/2021).

Editor: Didik Triomarsidi
AFP/ALEX EDELMAN
Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump memberikan kata sambutan kepada warga di Pangkalan Bersama Andrews, Maryland, AS, Rabu (30/1/2021), setelah meninggalkan Gedung Putih dalam perjalanan pulang ke kediaman mereka di Florida. 

Editor : Didik Trio Marsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, WASHINGTON - Donald Trump akhirnya dengan rasa kecewa meninggalkan Gedung Putih setelah menuai kontroversi gara-gara insiden kerusuhan di Gedung Capitol.

Sebelum pamit dari Gedung Putih, Donald Trump sempat berpidato sebagai tanda perpisahan.

Pidato Donald Trump pada Selasa 19 Januari 2021 itu menjadi penutup pemerintahan Donald Trump di AS.

Dalam pidato tersebut, Donald Trump sempat menyinggung insiden penyerbuan Gedung Capitol oleh pendukungnya serta mendoakan pelanjutnya, Presiden AS terpilih Joe Biden.

Baca juga: Donald Trump Nikmati Tunjangan Rp 17 Miliar Per Tahun Usai Lengser dari Kursi Presiden AS

Baca juga: TRUMP Tinggalkan Surat Cinta untuk Joe Biden di Meja Oval Office, Isinya Pribadi Banget

Baca juga: Trump Iri Lihat Pelantikan Joe Biden Bertabur Artis, Berbanding Terbalik Pelantikannya 4 Tahun Lalu

Namun diakhir masa jabatannya Donald Trump berhasil memasukkan kontrak bernilai sedikitnya Rp 367 triliun, Rabu (20/1/2021).

Uang dari mana sebanyak itu, berasal dari penjualan 50 jet tempur F-35 dan hingga 18 pesawat tanpa awak, dengan total senilai 26,27 miliar dollar AS, kepada Uni Emirat Arab.

Kontrak jual-beli persenjataan itu ditandatangani pada Rabu pagi atau beberapa jam sebelum masa jabatan Trump berakhir.

Uni Emirat Arab (UEA) mempersiapkan dokumen kontrak lebih dari sepekan pada awal Januari 2021.

Penandatanganan kontrak itu terlambat dari harapan UEA yang ingin kontrak diteken pada Desember 2020.

Perundingan kontrak butuh waktu, antara lain, karena membahas pilihan perlengkapan pesawat tempur generasi terbaru, waktu pengiriman, hingga pelatihan penggunaan pesawat-pesawat tersebut.

Waktu pengiriman pesawat-pesawat itu belum diketahui. Dalam usulan awal, UEA ingin pesawat-pesawat dikirim pada 2027.

Jet tempur F-35B Lightning II diluncurkan di atas kapal serbu amfibi USS Essex pada 27 September 2018.
Jet tempur F-35B Lightning II diluncurkan di atas kapal serbu amfibi USS Essex pada 27 September 2018. (MASS COMMUNICATION SPECIALIST 3RD CLASS MATTHEW FREEMAN/U.S. NAVY/HANDOUT VIA REUTERS)

UAE sudah lama menunjukkan keinginan membeli jet-jet tempur F-35. Abu Dhabi beralasan, mereka butuh memodernisasi 140 jet Mirage 2000 dan F-16 yang selama ini mereka miliki.

Jet-jet itu dinyatakan sudah tua. Negara kaya di kawasan Arab Teluk itu kini membutuhkan jet-jet tempur pengganti yang lebih layak.

Abu Dhabi pertama kali mengajukan penawaran untuk membeli F-35 pada 2011 dan ditolak Presiden AS Barack Obama. Pada 2017, selepas Trump dilantik, UAE kembali mengajukan penawaran, dan belum ada jawaban.

UEA semakin ingin membeli F-35 setelah negara itu menjadi pangkalan pesawat tersebut selama perang koalisi internasional pimpinan AS melawan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).

Persetujuan Israel

Keinginan Abu Dhabi mendapat hasil setelah UEA setuju menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

Sebelum Kesepakatan Ibrahim (Abraham Accord), dokumen perdamaian Israel dengan sejumlah negara Arab, ditandatangani, Israel keberatan dengan keinginan UEA memiliki F-35.

Sampai sekarang, Israel merupakan satu-satunya negara di kawasan Timur Tengah yang mempunyai jet F-35 itu.

Setelah penandatanganan Kesepakatan Ibrahim pada September 2020, penolakan itu mereda sehingga terbuka jalan bagi Abu Dhabi membeli F-35.

Abu Dhabi dan Washington pun mempercepat perundingan penjualan pesawat-pesawat itu.

Israel disebut setuju UEA mendapat F-35 asal AS memberi Israel akses lebih besar terhadap produk pertahanan AS.

Selama ini, Washington selalu membuat pertahanan Tel Aviv lebih modern dibandingkan dengan negara lain di kawasan.

Washington setuju menjual 50 unit F-35 senilai 23,37 miliar dollar AS dan hingga 18 pesawat tanpa awak MQ-9B senilai 2,9 miliar dollar AS.

Pada kurs Rp 14.000 per dollar AS, nilai kontrak itu mencapai Rp 367 triliun.

Selain ingin mendapatkan MQ-9B dan F-35, Abu Dhabi juga akan membeli EA-18G Growlers.

Pesawat itu dikembangkan dari F/A-18. Growlers merupakan pesawat pengacak radar dan aneka perangkat pengacau sistem elektronika pada pertahanan lawan.

Selama ini, hanya AS dan Australia yang mengoperasikan Growlers.

Pesawat nirawak atau drone MQ-9 Reaper terbang di atas markas angkatan udara AS di Nevada, AS, 25 Juni 2015. Pesawat semacam itu yang menembak dan membunuh Pejabat Garda Revolusi Iran Jenderal Qassem Soleimani, Jumat (3/1/2020).
Pesawat nirawak atau drone MQ-9 Reaper terbang di atas markas angkatan udara AS di Nevada, AS, 25 Juni 2015. Pesawat semacam itu yang menembak dan membunuh Pejabat Garda Revolusi Iran Jenderal Qassem Soleimani, Jumat (3/1/2020). (REUTERS/U.S. AIR FORCE/SENIOR AIRMAN CORY D. PAYNE)

Senator Republikan, Roy Blunt, menyebut bahwa penjualan senjata ke UEA akan membantu upaya AS menghadapi ancaman Iran di kawasan. Sementara Senator Demokrat, Robert Menendez, setuju bahwa Iran memang ancaman. Walakin, belum jelas seperti apa ancaman militer dari Iran sampai harus dihadapi dengan F-35 dan pesawat tanpa awak.

”Apakah AS hanya bisa menjual ke UEA saja, padahal ada negara lain di kawasan itu yang juga ingin membeli? Yang akan terjadi malah kompetisi persenjataan,” ujar Menendez.

Senat sudah berupaya menolak penjualan pesawat-pesawat itu. Namun, upaya itu gagal sehingga kontrak penjualan ditandatangani. (AP/REUTERS)

Trump Beri Amerika Rp 367 Triliun di Hari Terakhir Menjabat Presiden, Uang dari Mana?

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved