Wabah Virus Corona
Sudah Suntik Vaksin Tapi Tetap Terinfeksi, Warganet Heboh: Lalu Apa Gunanya Vaksin? Apa Lagi Bayar
Di media sosial, warganet heboh dan mempertanyakan mengapa sudah disuntik vaksin tetap bisa terinfeksi?
Editor : Didik Trio Marsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID - Komandan Korem (Danrem) 162 Wira Bhakti, Brigjen TNI, Ahmad Rizal Ramdhani, mengakui terpapar Covid-19.
Sebelumnya, Ahmad Rizal telah menjalani vaksin Sinovac bersama Gubernur NTB, Zulkieflimansyah dan sejumlah pejabat di wilayah Provinsi NTB dan Kota Mataram, 14 Januari 2021 di Gedung Graha Bhakti, NTB.
Wakil Gubernur NTB, Siti Rohmi Djalillah, yang juga merupakan Koordinator Satgas Covid-19, membenarkan jika Danrem 162 Wira Bhakti terpapar Covid-19.
Kemudian, pekan lalu, Bupati Sleman Sri Purnomo menginformasikan bahwa ia dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
• TERNYATA Presiden Lantik Listyo Sigit Jadi Kapolri pada Rabu Pon Besok, Hari Keramat Jokowi
• HATI-hati! Beredar Formulir Online Pendaftaran BLT UMKM Tahap II, Kemenkop UKM Bongkar Fakta ini
• TERJADI Lagi! Nomor HP Pengguna Facebook Dibobol dan Dijual Cuma Rp 280.000 di Telegram
Status positif Covid-19 Bupati Sleman ini menarik perhatian publik karena sepekan sebelumnya ia mendapatkan suntikan pertama vaksin Covid-19.
Di media sosial, warganet heboh dan mempertanyakan mengapa sudah disuntik vaksin tetap bisa terinfeksi?
“Jadi vaksin gunanya apa gaes, kalo gini gimana. Apa lagi kalo bayar?” tulis Dwiie Tofik, melalui akun di media sosial Facebook.
“Waow...Lagh terus fungsinya vaksin Sinovac apa donk? Heemmmm..Corona.. Mengatasi masalah tambah masalah,” tulis akun lainnya, Teol Teol.
Perlu diketahui, vaksin Covid-19 produksi Sinovac yang digunakan di Indonesia memerlukan dua dosis suntikan.
Suntikan kedua diberikan dua pekan setelah suntikan pertama. Vaksin membutuhkan waktu untuk membentuk antibodi atau kekebalan pada tubuh.
Lalu, apa gunanya vaksin?
Ahli patologi klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dr Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, seperti dilaporkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), vaksin Sinovac memiliki efikasi sebesar 65,3 persen.
Dengan adanya vaksin Covid-19 ini, ia mengibaratkan, seseorang yang disuntik vaksin memiliki 3 perisai pelindung. Sementara, yang tidak divaksin hanya memiliki satu perisai.
Dengan demikian, menurut Tonang, seseorang yang divaksin akan mengalami gejala tiga kali lebih kecil jika terinfeksi virus corona, dibandingkan mereka yang tidak mendapatkan vaksin Covd-19.
“Apa artinya lebih kecil? Untuk mudahnya, orang yang divaksin itu seperti punya 3 perisai. Pertama, kekebalan alamiah atau imunitas, sedangkan yang kedua diperoleh karena dapat vaksin. Bayangkan orang dengan satu perisai dan 3 perisai, siapa yang lebih berisiko (terinfeksi)? Tentunya yang hanya satu perisai,” ujar Tonang, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/1/2021).
Seseorang dengan hanya satu perisai, lanjut Tonang, ketika ada virus yang masuk, maka orang tersebut memiliki kemungkinan untuk bergejala.
Tonang menyebutkan, mereka yang positif Covid-19 dengan gejala lebih berisiko mengalami perburukan atau kondisi parah.
Oleh karena itu, saat ini vaksin Covid-18 berguna untuk memberikan kekebalan agar tidak sampai timbul gejala seandainya terinfeksi virus corona, meski sudah divaksin.
“Proteksi yang diharapkan adalah mencegah timbulnya gejala kalaupun terpaksa terinfeksi Covid-19,” ujar dia.
Mengenai apakah ke depannya vaksin akan mencegah terinfeksi, menurut Tonang, hal ini akan diketahui kemudian dan ada bukti-bukti yang menunjukkan hal itu.
Tidak mungkin positif Covid-19 karena vaksin
Mengenai kasus Bupati Sleman yang positif Covid-19 meskipun telah divaksin, Tonang mengatakan, tidak mungkin hal itu terjadi karena vaksin.
Alasannya, vaksin Sinovac berisi virus yang sudah dalam kondisi mati.
“Vaksin yang dberikan tidak mungkin menyebabkan positif terinfeksi. (Vaksin) isinya virus yang sudah mati,” ujar Tonang.
Hal yang sama juga telah dijelaskan Kementerian Kesehatan pekan lalu.
Tonang memaparkan, vaksin Sinovac memerlukan dua kali penyuntikan. Oleh karena itu, ketika baru mendapatkan satu kali suntikan, maka antibodi tidak langsung terbentuk.
“Perlu waktu mengenali dulu, menyiapkan sel penghasil (antibodi) baru setelah 12 hari dia muncul semacam prototype. Kemudian, (antibodi) mulai diproduksi sedikit. Masuk hari ke-14 dapat vaksin kedua. Prototype sudah siap sehingga suntikan kedua masuk, langsung direspons produksi antibodinya melonjak. Nanti setelah dua pekan dari suntikan kedua, dia telah mencapai level antibodi yang cukup,” ujar Tonang.
Ia mengingatkan, memasuki hari ke-7 hingga ke-7 dari penyuntikan pertama, pertahanan spesifik pada tubuh belum terbentuk.
Pada kondisi demikian, seseorang yang telah divaksin masih bisa terinfeksi dan tetap memiliki kemungkinan bergejala ringan, sedang ataupun berat seperti mereka yang belum divaksin karena belum terbentuk kekebalan tubuh.
Mereka yang telah mendapatkan suntikan pertama diingatkan untuk tetap disiplin dengan patuh protokol kesehatan.