Ekonomi dan Bisnis
Cabai Rawit Mahal, Begini Pedagang Kuliner di Kalsel Mensiasati Bikin Sambal
Mensiasati mahalnya cabai rawit, Pedagang kuliner harus membuat sambal dengan mencampurkan cabai rawit dengan cabai besar.
Penulis: Salmah | Editor: Hari Widodo
Editor : Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Mahalnya harga cabai sangat berdampak terdapat penjual kuliner terutama yang sangat tergantung sekali menyediakan sambal untuk sajian makanan.
Pedagang kuliner harus membuat sambal dengan mencampurkan cabai rawit dengan cabai besar.
Ati seorang pedagang makanan, mengatakan, dia harus tetap menyediakan sambal walaupun harga cabai rawit sekarang ini sangat mahal, mau tidak mau harus ada, karena pembeli pasti mencari
"Hanya saja saya membeli cabai rawit tidak bisa lagi beli sampai seperempat lagi, cuma 1 on lebih, itupun harganya sudah Rp 25 ribu,"keluhnya.
Baca juga: Harga Cabai Melonjak Tajam di Kabupaten Kobaru, Sebagian Jenis Cabai Dipasok dari Sulawesi
Baca juga: Terdampak Banjir Kalsel, Harga Cabai Rawit Lokal Melambung Tembus Rp150 Ribu Per Kilogram
Baca juga: Penjual Nasi Lalapan di Kota Amuntai Ini Terpaksa Kurangi Penggunaan Cabai
Menyiasati agar membikin sambal tetap banyak, maka cabai rawit dicampur dengan cabai besar atau keriting walaupun sebenarnya rasanya tidak terlalu pedas lagi.
"Kalau semuanya menggunakan cabai rawit, jelas dalam hitungan dagang tidak bisa masuk, sedangkan harga makan tidak bisa dinaikan," ujarnya.
Sebagai pedagang kecil sayaia berharap harga cabai bisa kembali normal, hasil perkebunan cabai rawit kembali membaik.
Baca juga: Harga Cabai Mencapai Rp 150 Ribu Per Kg di Pasar Candi Amuntai Kabupaten HSU
Rusman, pedagang pentol bom, sejak harga cabai rawit mahal, dia tidak menyediakan lagi varian pentol pedas cuman yang biasa saja, sebab sudah tidak bisa lagi menganggarkan untuk beli cabainya.
"Saya tiadakan saja sementara ini untuk pentol berbalur cabai yang bisanya banyak disuka anak muda, saya bila harga cabai lagi mahal he he he," ujarnya terkekeh. (banjarmasinpost.co.id/salmah saurin)