Kudeta Myanmar
Suster Ann Kembali Bersujud Sambil Menangis Mohon Aparat Tak Menyiksa & Tembak Demonstran Myanmar
Suster Ann Roza Nu Tawng berlutut demi melindngi demonstran dari aparat Myanmar, beberapa saat sebelum mereka ditembaki lagi
Editor : Didik Trio Marsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, MYITKYINA - Seorang sister kembali menangis sambil bersujud di hadapan aparat polisi dan militer di Myanmar.
Suster Ann Roza Nu Tawng berlutut demi melindngi demonstran dari aparat Myanmar, beberapa saat sebelum mereka ditembaki lagi.
Suster Ann yang merupakan biarawati itu menjadi perhatian setelah memohon sambil menangis agar polisi dan militer tak menembaki pengunjuk rasa.
Kejadian mengharukan ini terjadi di kota Myitkyina pada 28 Februari itu dijuluki sebagai "Momen Tiananmen di Myanmar".
Baca juga: MALAIKAT Cantik Itu Telah Gugur, Memicu Kemarahan Rakyat Myanmar, 38 Tewas Dibantai Junta Militer
Baca juga: VIRAL Suster Berlutut Sambil Menangis Menghiba pada Polisi Myanmar Tidak Menangkapi Para Demonstran
Baca juga: 18 Demonstran Tewas dalam Sehari, Hari Paling Berdarah dan Mematikan Sejak Kudeta Militer Myanmar
Mengenakan jubah putih dan kerudung gelap, Suster Ann Roza Nu Tawng kembali berlutut pada Senin pagi waktu setempat (8/3/2021).
Dalam gambar yang dirilis Myitkyina News Journal, Suster Ann berlutut dekat katedral, dengan biarawati senior lain melihatnya.
Kepada Sky News, dia menuturkan dia hanya ingin aparat Myanmar tak memukuli, menyiksa, dan menahan demonstran.
"Karena para pengunjuk rasa ini tidak melakukan hal yang jahat, mereka hanya meneriakkan slogan," kata dia.
Saat itu, salah satu polisi menjawab untuk meminta Suster Ann menjauh, karena mereka harus melaksanakan tugasnya.
"Saya menjawab 'tidak. Jika kalian ingin melakukannya, maka kalian harus melewati saya dahulu'," tegasnya.
Pihak berwenang merespons, mereka harus membereskan barikade yang menutupi jalan. Tak berselang lama, demonstran kembali.

Suster Ann mengungkapkan, sekitar pukul 12.00 aparat kembali datang dan bersiap untuk menindak aksi.
Kembali biarawati berusia 45 tahun itu memohon, kali ini dia berlutut dan meminta agar mereka tak menyiksa massa.
"Polisi juga ikut berlutu, dan menjawab mereka hanya bisa melakukan itu demi membubarkan aksi protes," jelasnya.
Setelah permohonan itu, dia mendengar suara tembakan dan melihat gas air mata sudah berada di jalanan.