Cerita Rakyat dalam Tarian Banjar
Terinspirasi Kisah Kain Sasirangan, Sanggar Seni Nuan Banjarmasin Tampilkan Tari Pusaka Batuah
Kain sasirangan khas Kalsel yang awalnya dibuat hanya untuk mengobati orang sakit, jadi inspirasi Sanggar Seni Nuansa Banjarmasin di atas pentas
Penulis: Syaiful Anwar | Editor: Eka Dinayanti
Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Penampilan penari dari Sanggar Seni Nuansa Banjarmasin begitu memikat penonton saat membawakan tarian Pusaka Batuah dalam berbagai acara baik di Banjarmasin di luar Kalimantan Selatan seperti Bali, Surabaya dan lain-lain.
Gerakannya begitu serasi dan lemah gemulai saat menari yang mengisahkan tentang kain khas Kalsel, Sasirangan.
Menurut koreografer Sanggar Tari Nuansa Banjarmasin, Dini Maulidya, tari Pusaka Batuah dalam bahasa Banjar memiliki arti sesuatu yang sangat berharga dan punya kekhasan sendiri.
"Tarian ini mengambil simbol kain sasirangan khas Bumi Lambung Mangkurat," katanya.
Baca juga: Angkat Legenda Pulau Suwangi, Sanggar Saijaan Kotabaru Juara di Festival Tari Daerah se Kalsel
Baca juga: Asal Usul Pulau Kembang dalam Tari Talabet Karya Sanggar Ije Jela Batola
Kain Sasirangan, lanjut dia, merupakan pusaka batuah dari Kalsel yang menjadi kebanggaan Urang Banjar.
Menurut sejarahnya, sasirangan merupakan kain sakral warisan abad XII saat Lambung Mangkurat menjadi patih Negara Dipa.
Awalnya sasirangan dikenal sebagai kain untuk “batatamba” atau penyembuhan orang sakit.
Kain sasirangan harus dipesan khusus terlebih dahulu (pamintaan).
Pembuatan kain sasirangan seringkali mengikuti kehendak pemesannya.
Oleh karena itu, Urang Banjar seringkali menyebut sasirangan kain pamintaan yang artinya permintaan.
Selain untuk kesembuhan orang yang tertimpa penyakit, kain ini juga merupakan kain sakral, yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat.
(banjarmasin post.co.id/syaiful anwar)